Trubus.id — Saat orang lain tidur, Muhamad Rusli justru memasarkan tanaman hias aroid. Setiap malam ia terjaga sembari mengunggah foto dan deskripsi tanaman dalam bahasa Inggris.
Penyilang tanaman hias di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu mengincar pehobi mancanegara sebagai konsumen. Makin larut, interaksi dengan calon pembeli kian intens sehingga Rusli menggeser jam tidurnya.
Iyus—sapaan akrab Rusli— itu dibantu oleh sang istri, Nurlela, untuk merambah pasar ekspor sejak akhir 2019. Selain mengunggah foto dan deskripsi, Nurlela gencar bergabung ke komunitas daring tanaman hias dan berinteraksi dengan para anggota pehobi.
Ia juga kerap melakukan siaran langsung di rumah tanam untuk menarik perhatian sekaligus membuktikan ia memiliki nurseri sendiri, Frisha Flora.Nurlela mengatakan, sehari bisa posting 4—5 kali.
Konsumen luar negeri pertama Rusli dan Nurlela adalah pehobi asal Virginia, Amerika Serikat yang terpincut Philodendron burle-marxii dan Monstera adansonii. Nurlela mengirimkan paket perdana itu ke Virginia sebanyak 30 tanaman. Saat pandemi, pesanan dari mancanegara melonjak hingga 20 paket per bulan.
Satu paket berisi sekitar 12 tanaman dengan nilai berkisar Rp10 juta. Tujuan pengiriman beragam, antaralain Amerika Serikat, Kanada, Thailand, dan beberapa negara di Eropa.
Kondisi pasar
Setelah pandemi, pembeli mancanegara mulai meminati jenis lain asal Indonesia, seperti beragam anthurium dan scindapsus. Beberapacalon pembeli mendatangi langsung nurseri Rusli dan Nurlela untuk memilih tanaman.
Hal itu menunjukkan antusiasme pehobi mancanegara terhadap tanaman hias khas tropis. “Sudah banyak langganan saya yang datang seperti dari Kentucky, Amerika Serikat, Thailand, dan Eropa,” kata Nurlela.
Meskidemikian, permintaan ekspor yang diterima Frisha Flora pascapandemi justru menurun menjadi hanya satu boks per bulan. Itu di luar pesanan pembeli yang langsung datang ke nurseri. Adapun seorang langganan biasanya meminta kiriman 50 tanaman sebulan.
Menurut Nurlela menurunnya permintaan kemungkinkan karena pehobi mulai beraktivitas normal layaknya sebelum pandemi. Kini Rusli dan Nurlela fokus memperbanyak dan menyilangkan jenis baru.
Nurlela menyarankan penjual tanaman hias yang ingin merambah ekspor untuk memahami seluk-beluk ekspor, termasuk regulasi dan risiko. Meski harga jual menggiurkan, ekspor juga berisiko tinggi misalnya paket hilang atau rusak saat pengiriman dan ditolak atau dikembalikan oleh petugas karantina di negara tujuan.