Rutin mengonsumsi air rebusan rimpang kunyit, kanker paru mengecil.
Malam beranjak larut, tetapi Harja Amin—yang bersangkutan enggan disebut namanya—belum mampu memejamkan mata. Kerap kali ia batuk disertai sesak dada. Dalam semalam beberapa kali ia terjaga karena batuk. Bahkan kadang-kadang saat batuk mendera ia tidak bisa tidur lagi hingga pagi. Padahal esok harinya ayah 3 anak itu mesti menempuh perjalanan sekitar 100 km untuk mengantar barang konsumen.
Harja bekerja sebagai sopir yang mendistribusikan kosmetik di perusahaan tempat ia bekerja. Setidaknya 3 hari dalam sepekan tidur Harja terganggu karena batuk. Keadaan itu berlangsung sejak awal 2012. Untuk mengatasi batuk ia mengonsumsi obat pereda batuk yang beredar di pasaran. Sayangnya batuk enggan pergi. Sesekali Harja mengonsumsi obat tidur agar bisa beristirahat.
Merokok sejak muda
Efek batuk berlanjut hingga ke kantor. Pada awal 2012 itu pula Harja yang merokok sejak muda itu berhenti menjadi karyawan karena terlalu banyak absen akibat batuk. Saban hari ia sanggup menghabiskan 12 batang rokok. Rokok menjadi teman perjalanan Harja. Makin jauh jarak yang ia tempuh, semakin banyak pula rokok yang ia isap. “Jika tidak merokok saya mengantuk,” kata pria berumur 50 tahun itu.
Sesekali ia memeriksakan diri ke dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terdekat untuk mengobati batuk dan sesak napas. Dokter di Puskesmas mendiagnosis Harja menderita radang paru. Namun, dokter menyarankan Harja ke rumahsakit untuk melakukan pemeriksaan computerized tomography scanner (CT scan). “Tujuannya agar hasil diagnosis lebih akurat,” kata Harja menirukan ucapan dokter. Ia tidak mengindahkan saran dokter itu karena keterbatasan biaya.
Akhirnya pada Februari 2012 Harja memeriksakan diri ke dokter di rumahsakit karena batuk dan sesak napas yang tak kunjung reda. Ia menjual sebidang tanah miliknya untuk membiayai pemeriksaan itu. Hasil pemeriksaan CT scan menunjukkan terdapat kanker berukuran 4,3 cm di paru sebelah kanan. Harja kaget dan tidak menyangka sama sekali terkena kanker paru. Sang istri juga sangat sedih mendengar kabar itu.
Dokter sekaligus herbalis di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, dr Paulus Wahyudi Halim Med Chir, mengatakan gejala awal kanker paru sulit terdeteksi. Gejalanya hampir mirip tuberkulosis, seperti batuk-batuk, banyak lendir, nyeri, dan sesak di dada. Paulus menyarankan pasien kanker paru untuk menghindari polutan seperti rokok dan asap polusi karena meningkatkan pertumbuhan sel kanker.
Menurut Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) penggunaan tembakau seperti rokok penyebab 70% kematian global akibat kanker paru.
Kunyit
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Kementerian Kesehatan menunjukkan perilaku merokok penduduk berumur lebih dari 15 tahun meningkat menjadi 36,3% pada 2013, sebelumnya 34,7% pada 2007. Pada medio 2012, sang kakak, menyarankan Harja mengonsumsi rimpang kunyit berukuran besar setiap hari.
Sang kakak menuturkan kondisi rekannya yang menderita kanker payudara membaik setelah mengonsumsi turmeric. Harja yang mengharapkan kesembuhan menuruti saran sang kakak. Ia mengiri tipis-tipis 2 rimpang besar seukuran ibu jari dalam 3 gelas air hingga mendidih dan tersisa segelas. Harja menyaring air rebusan itu sebelum mengonsumsinya. Pria kelahiran Bandung itu mengonsumsi air rebusan itu 2 kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Sesekali ia menambahkan jahe merah pada air rebusan kunyit itu.
Harja tidak menambahkan gula atau pemanis lain sesuai saran sang kakak. Semula ia tidak nyaman mengonsumsi air rebusan itu karena bercitarasa pahit sehingga membuatnya mual. Selain itu, beberapa kali Harja merasakan dadanya sakit seperti ditusuk-tusuk. Namun, ia tidak peduli dan tetap mengonsumsi air rebusan kunyit demi meraih kesembuhan. Harja tidak mengonsumsi kapsul berisi ekstrak kunyit yang beredar di pasaran. “Lebih aman dan terjamin tanpa pengawet jika merebus kunyit segar,” katanya.
Selang sebulan batuk dan sesak napas yang ia rasakan berkurang. Ia juga bertekad berhenti total merokok. “Berhenti merokok sangat sulit, kadang saya masih mengisap 1—2 batang rokok sehari,” kata kakek 1 cucu itu. Harja juga bersepeda 30 menit sehari untuk menjaga kesehatan fisik. Ia menghindari mengonsumsi makanan berminyak dan memperbanyak melahap sayuran. Setahun berselang kondisi Harja semakin membaik. “Tubuh saya terasa lebih segar daripada sebelumnya,” katanya.
Ia pun bisa tidur nyenyak tanpa obat tidur. Bobot tubuh Harja—tinggi 170 cm— kembali normal menjadi 67 kg, sebelumnya 58 kg. Pada pengujung 2013 Harja memeriksakan diri. Hasil tes menunjukkan ukuran kanker mengecil menjadi 1,8 cm, sebelumnya 4,3 cm. Kini ia tetap mengonsumsi air rebusan kunyit satu kali sehari untuk melawan kanker yang masih bersemayam di paru.
Kurkumin
Harja pun kini berhenti merokok total. Bagaimana duduk perkara kunyit mengatasi kanker paru? Hasil penelitian Wang Hai Jing dan Yang He Ping dari Third Military Medical University, Chongqing, Cina. Penelitian Wang dan Yang bertujuan mengungkap khasiat minyak volatil kunyit melawan kanker paru-paru manusia. Hasil riset menunjukkan minyak volatil kunyit pada konsentrasi 0,8 µl/ml dan 1,0 µl/ml menghambat proliferasi sel kanker dan memicu program bunuh diri sel kanker (apoptosis).
Berdasarkan hasil penelitian Neettiyath Kalathil Leela dan rekan dari Indian Institute of Spices Research, Kerala, India, kandungan minyak volatil terbanyak di rimpang kunyit yaitu ar-turmeron (31,1%), turmeron (10%), kurlon (10,6%), dan ar-kurkumen (6,3%). Herbalis di Jakarta Utara, Maria Margaretha Andjarwati, menggunakan Curcuma longa itu sebagai obat kanker paru lebih dari 10 tahun.
Selain kunyit, Andjarwati juga menggunakan kencur Kaempferia galanga dan umbi dewa. Ketiga herbal itu dalam bentuk kapsul. Pasien mengonsumsi masing-masing 2 kapsul sehari. (Riefza Vebriansyah/Peliput: Rizky Fadhilah dan Desi Sayyidati Rahimah)
Musuh Kanker Paru