Thursday, January 16, 2025

Rosela Menjaga Hati

Rekomendasi
- Advertisement -
Rosela mampu menghambat radikal bebas sekaligus berkhasiat sebagai hepatoprotektor.
Rosela mampu menghambat radikal bebas sekaligus berkhasiat sebagai hepatoprotektor.

Kandungan antioksidan rosela mampu melindungi hati dari radikal bebas.

Sejatinya Heri merasakan penurunan kualitas kesehatan selama dua pekan. Bobot badannya menurun dan cepat lelah. Puncaknya saat pagi hendak berangkat kerja, ayah 2 anak itu mual dan muntah. Keringat dingin keluar dari sekujur tubuh. Saat itu Heri tidak bisa meneruskan aktivitas dan kembali berbaring di tempat tidur.

Keadaan yang semakin buruk membuat keluarga membawa Heri ke dokter. Betapa terkejut Heri saat dokter mengatakan hasil diagnosis dan uji laboratorium menunjukkan bahwa ia mengidap kanker hati. Heri bekerja di luar ruangan selama rata-rata 8—10 jam hampir setiap hari sehingga menguras energi. Lingkungan kerja yang udaranya tercemar polusi debu dan asap kendaraan konstruksi membuat kesehatannya terganggu.

Nafsu makan
Menurut Dr dr Rino Alvani Gani, SpPD, K-GEH, kepala Divisi Hepatologi Penyakit Dalam Rumahsakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, gejala awal penyakit kanker hati tidak menunjukkan kondisi yang spesifik. Penderita memang mengalami gejala penurunan nafsu makan, nyeri otot, letih dan sakit kepala. Namun, gejala-gejala itu juga terjadi pada banyak penyakit lain.

Itulah sebabnya penderita perlu mewaspadai gejala itu. Hepatitis yang parah berpotensi memburuk dan berujung pada kanker hati. Tidak adanya gejala khusus yang terlihat dari hepatitis menyebabkan pasien tidak menyadari telah mengidap penyakit mematikan. Akibatnya saat pasien datang ke rumahsakit sudah dalam keadaan kronis dan sulit untuk disembuhkan.

Kasus hepatitis salah satu penyebab kanker hati, pemicunya adalah virus dan radikal bebas yang bersifat racun dalam tubuh manusia. Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron, sehingga molekul itu menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel lain. Radikal bebas atau biasa disebut oksidan dapat menyebabkan kerusakan sel dan perubahan struktur deoxyribose-nucleic acid (DNA) sehingga timbullah sel-sel mutan.

Perubahan DNA yang terjadi bertahun-tahun dapat menjadi penyakit kanker. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit kronis karena radikal bebas diperlukan antioksidan. Antioksidan membantu menstabilkan radikal bebas dan menghentikan pula proses oksidasi yang merusak sel. Namun, umumnya suatu jenis antioksidan hanya efektif pada radikal bebas jenis tertentu pula.

Asap rokok
Semakin tingginya tingkat polusi udara membuat manusia secara tidak sadar menimbun zat beracun penghasil radikal bebas dalam tubuh. Atas dasar itu, Dr Nurkhasanah MSi Apt dan rekan dari Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta menguji khasiat rosela Hibiscus sabdariffa sebagai penghambat radikal bebas dan hepatoprotektor atau pelindung hati.

Peneliti fokus menguji zat aktif rosela sebagai hepatoprotektor karena penelitian terkait hal itu masih jarang. Selanjutnya tim periset juga mengukur kandungan flavonoid dalam bunga berwarna merah itu. Flavonoid selama ini sohor sebagai pelindung hati yang andal. Salah satu radikal bebas adalah senyawa (DMBA) yang banyak terdapat pada asap kendaraan bermotor.

Nurhasanah memberikan DMBA 7,12-dimetilbenz(a)antrasen secara oral kepada tikus. DMBA menjadi senyawa yang reaktif setelah mengalami proses metabolisme sehingga dapat menyebabkan kerusakan hati. Sel hati atau hepatosit mengandung berbagai enzim dan beberapa di antaranya sebagai indikator kerusakan hati. Enzim itu adalah alkalin fosfatase (ALP), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase atau SGPT), dan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase atau SGOT.

Pengujian dilakukan dengan mengukur aktivitas enzim melalui pengambilan sampel darah. Peningkatan kadar enzim-enzim itu mencerminkan kerusakan sel-sel hati. Dalam riset itu Nurhasanah menggunakan lima perlakuan. Sebagai kontrol adalah tikus tanpa pemberian zat tambahan apa pun. Pemberian DMBA dilakukan pada tikus sebagai perlakuan kedua. Perlakuan ketiga, keempat dan kelima adalah pemberian DMBA dan ekstrak kelopak bunga rosela dengan dosis 10 mg, 50 mg, dan 100 mg per kg bobot tubuh. Selanjutnya pengamatan dilakukan selama 34 hari.

Dr Nurkhasanah MSi Apt, periset rosela dari Universitas Ahmad Dahlan.
Dr Nurkhasanah MSi Apt, periset rosela dari Universitas Ahmad Dahlan.

Terbukti
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kelopak bunga rosela memiliki aktivitas dalam perlindungan kerusakan hati yang ditunjukkan dengan penurunkan aktivitas SGPT, SGOT, dan alkalin fosfatase. Pemberian ekstrak rosela dosis 100 mg menurunkan kadar enzim penanda kerusakan hati. Penelitian kandungan flavonoid juga menunjukkan kandungan rata-rata pada kelopak bunga rosela 2,465 µg/ml.

Itu membuktikan berpotensi rosela dapat berperan sebagai hepatoprotektor. Penelitian itu masih penelitian awal yang memerlukan riset lanjutan. “Pengujian khasiat hepatoprotektor masih belum dilakukan pada manusia. Penelitian lanjutan diharapkan dapat menemukan dosis tepat dalam bentuk praktis siap konsumsi,” ujar doktor Biokimia dari Universiti Kebangsaan Malaysia itu.

“Pengujian SGOT dan SGPT adalah cara paling lazim untuk mengetahui kondisi kerusakan hati,” ujar Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, Dr dr Rino Alvani Gani. Ia mengatakan bahwa hepatitis stadium awal sejatinya dapat sembuh dengan pengobatan secara teratur. Meski demikian, pencegahan dan deteksi dini penting dilakukan. “Orang yang pernah melakukan transfusi darah, pernah membuat tato di tubuhnya, dan pola hidup tidak teratur sebaiknya memeriksakan diri karena mereka itu berisiko mengidap hepatitis,” kata Rino.

Ia memasukkan kelompok masyarakat berpola hidup tidak teratur dalam kategori berisiko hepatitis karena kondisi stres dan kelelahan berkepanjangan akan memicu penimbunan radikal bebas penyebab kerusakan sel, termasuk sel hati.

Seimbang
Chau-Jong Wang juga membuktikan khasiat rosela sebagai antioksidan dan hepatoprotektor. Periset dari College of Medicine, Chung Shan Medical University, Taichung, Taiwan, itu menggunakan ekstrak rosela kering untuk melindungi liver tikus setelah diinduksi karbon tetraklorida (CCl4). Zat itu adalah perusak hati. Setelah mengonsumsi 1—5% rosela selama sembilan pekan, kerusakan hati seperti steatosis (penimbunan lemak di hati) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat sebagai reaksi kerusakan hati) turun secara signifikan. Keseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas menjadi kunci utama pencegahan stres oksidatif dan penyakit-penyakit kronis yang dihasilkannya.

Herbalis di Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ujang Edi memanfaatkan khasiat kerabat kembang sepatu itu sebagai obat pereda tekanan darah tinggi. Ia menyarankan untuk berhati-hati saat memanfaatkan rosela karena kadar asamnya tinggi. “Mengonsumsi pada dosis berlebih berpengaruh buruk pada lambung. Bukannya sehat tetapi malah bisa memicu gastritis atau mag,” ujar Edi.

Pasien dapat menumbuk kelopak rosela kering. Kemudian ambil satu sendok makan dan seduh dalam segelas air panas bersama gula batu secukupnya. Setelah air berwarna merah, segera minum sampai habis. Dosisnya 2 kali sehari. Biasanya setelah minum yang ke dua, tekanan darah mulai berangsur normal. (Muhammad Hernawan Nugroho)

VEL GABUNG.pdf

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tren Tanaman Hias: Dari Masa ke Masa

Trubus.id–Tren tanaman hias memberikan euforia alias kegembiraan yang sangat bagi pehobi, pekebun, pedagang, dan importir. Hobiis gembira   saat...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img