Kontes nasional anthurium berhadiah sepeda motor.

Dedy Prihatno ragu-ragu mendaftarkan anthurium mangkuk miliknya pada lomba di Gedung Sinode, Kota Salatiga, Jawa Tengah, pada 5 Februari 2017. Ia minder melihat koleksi peserta lain yang kebanyakan tampil menawan. Dedy akhirnya mendaftarkan koleksinya di kelas mangkuk prospek. Keraguan itu membuatnya tidak percaya ketika juri menahbiskan koleksinya sebagai juara pertama.
Tanaman berumur 2,5 tahun itu layak menjadi juara lantaran bersosok apik. Daun bulat dan cekung tersusun rapi dari besar ke kecil, tangkai daun rapat, dan batang pendek sehingga kompak. Dedy memperoleh tanaman itu setahun lalu seharga Rp500.000. Pada tahun lalu koleksinya menjuarai kelas mangkuk pemula di kontes di Yogyakarta. Demi kelangenannya tampil cantik, ia rutin memberikan pupuk daun dan vitamin B1 bergantian setiap 2 pekan.
Berkualitas

Dedy menggunakan media porus berupa campuran pakis dan pasir malang kasar dengan perbandingan 1:3. Warga Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, itu menempatkan kelangenannya itu di dak lantai 2 rumahnya agar selalu mendapatkan sinar matahari. Dua hari menjelang lomba ia menyeka permukaan daun dengan sabun pencuci piring, membilas hingga bersih, kemudian mengeringkan dengan kipas angin.
Untuk membersihkan daun berkarakter kuat, ia membasahi kapas untuk menyeka permukaan daun perlahan-lahan. “Penggunaan pengilap daun cenderung merusak,” Kata Dedy. Menurut juri kontes, Tejo Tri Saptono, kualitas tanaman dalam kontes kali itu lebih bagus daripada kontes sebelumnya. Saking banyaknya peserta berkualitas prima membuat juri memerlukan waktu lebih lama daripada biasanya.
“Kami sering harus melakukan pengamatan ulang untuk memastikan penilaian,” kata Tejo. Dalam kontes kali itu, kategori daun hijau dibagi menjadi 2 kategori yaitu mangkuk dan kobra dengan masing-masing 4 kelas lomba. Itu berbeda dengan biasanya, semua anthurium daun hijau disatukan menjadi 1 kategori dan hanya dibagi menjadi 4 kelas (pemula, prospek, madya, dan utama). Kategori lain dalam kontes kali itu adalah variegata dan campuran nonjenmanii.

Penggolongan dalam kategori terpisah itu untuk memaksimalkan penilaian. Juri terdiri atas 3 orang yang merupakan perwakilan dari beberapa daerah seperti Jakarta, Malang, dan Semarang-Salatiga. Antusiasme pecinta raja daun mengikuti kontes itu sangat tinggi, terbukti 286 peserta dari Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Magelang, Temanggung, Surakarta, Salatiga dan Semarang menghadiri perhelatan itu.
Kontes yang melombakan 15 kelas itu mengambil 5 peserta terbaik di setiap kelas untuk mendapatkan penghargaan. Tanaman-tanaman hasil perbanyakan dari biji atau pembibitan juga meramaikan kontes. Menurut ketua panitia lomba, Eddy Pranoto, kontes biasanya diikuti anthurium hasil pemotongan bonggol tanaman dewasa. Namun, di kontes kali ini bermunculan tanaman hasil hibrida baru yang belum pernah diperbanyak melalui pemotongan bonggol.
Keistimewaannya harganya tinggi karena hanya ada 1 tanaman. Kelas variegata masih menjadi idola karena keunikan corak setiap jenis berbeda sehingga membuatnya langka sekaligus paling diminati kolektor. Dalam kontes itu, perhatian banyak tertumpah kepada kelas mangkuk prospek, variegata pemula, dan kobra prospek. “Di ketiga kelas itu banyak muncul tanaman baru berkarakter istimewa dan berkualitas prima,” kata Tejo.

Dak rumah
Menurut Tejo kualitas prima, karakter kuat, dan daun tebal bermula dari indukan yang bagus. Selain itu perawatan juga harus diperhatikan. Meskipun tahan panas, anthurium tidak bisa terpapar sinar matahari langsung dan memerlukan 60% naungan. Pemupukan harus diberikan setidaknya setiap pekan bergantian dengan insektisida. Penyiraman tergantung media yang dipakai, yang penting jangan terlalu basah namun juga jangan terlalu kering.

Seperti Dedy, Eddy Pranoto pun menempatkan tanaman miliknya di dak rumah agar mendapatkan sinar matahari sepanjang hari. Bedanya Eddy menyimpan tanamannya dalam rumah tanam bersirkulator. Kipas sirkulator itu bekerja ketika suhu udara tinggi untuk meningkatkan sirkulasi udara dan menurunkan suhu rumahtanam. Perawatan maksimal itu mengantarkan Eddy sebagai juara umum kontes anthurium di Salatiga itu.

Ia memboyong 11 gelar juara sebagai juara umum. Sebuah sepeda motor matik sebagai hadiah juara umum pun ia pun bawa pulang ke kediamannya di Tuntang, Kabupaten Semarang. Penyelenggaraan di Salatiga pada Februari 2017 merupakan kontes perdana. Rencananya kontes itu bakal rutin diselenggarakan setiap 3 bulan dan menjadi ajang bagi kolektor raja daun memamerkan keelokan kelangenan masing-masing. (Muhammad Awaluddin)