Sunday, November 10, 2024

Sedotan dari Batang Resam, Awet dan Ramah Lingkungan

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id — Masyarakat Desa Bumiayu, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatra Selatan, biasa memanfaatkan serat tanaman resam Dicranopteris linearis (nama Latin resam) menjadi aneka produk seperti peci dan tas.

Menurut Yusuf Tegar Bagastira dan Centaury Harjani, periset dari Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana, Daerah Istimewa Yogyakarta, struktur resam yang berongga renggang membuat gulma itu mudah dianyam menjadi beragam bentuk kerajinan.

Dalam pembuatan kerajinan berbahan dasar serat resam, sangat disarankan untuk menggunakan desain membulat untuk mencegah putusnya serat. Selain itu, diameter serat resam yang halus dan kecil membuat penganyaman lebih lama dan lebih sulit untuk membentuk sebuah bidang.

Mereka membuang batang paku andam—sebutan lain resam oleh warga Desa Bumiayu—tanpa serat sehingga menjadi limbah. Padahal, batang resam pun masih bisa digunakan menjadi produk lain seperti sedotan. Itulah yang dilakukan Citra Anjasmara, salah satu warga Desa Bumiayu.

Ia mengolah batang resam tanpa serat menjadi sedotan ramah lingkungan sejak 2018. Anjas—sapaan akrab Citra Anjasmara—membeli bahan baku batang resam dari masyarakat desa pengumpul resam.

Selanjutnya, untuk produksi sedotan ia lakukan sendiri. Setelah mengambil dari lahan, batang resam tidak dapat langsung diolah menjadi sedotan. Ia mengeringkan batang resam sekitar 3 hari agar kering sempurna.

Setelah kering, Anjas membersihkan batang resam dari sisa-sisa ranting dan daun. Berikutnya, ia memotong batang resam dengan pisau sehingga memiliki panjang 20 cm. Selanjutnya, ia merebus batang resam sekitar 30 menit. Tujuannya mematikan bakteri dalam batang resam. Setelah direbus, ia mengeringkan sedotan dan mengemasnya.

“Selain bisa digunakan berulang dan ramah lingkungan, sedotan berbahan resam awet hingga 3 tahun,” kata pria berumur 54 tahun itu.

Bahan baku sedotan berasal dari batang tanaman resam. (Dok. Trubus)

Kemasan resam terbagi menjadi 3 antara lain wadah berisi 25 batang dengan harga Rp10.000. Adapun harga kemasan 50 batang mencapai Rp20.000, sedangkan kemasan 100 batang berharga Rp40.000.

Ia memproduksi hingga 5.000 batang sedotan dengan permintaan rata-rata per bulan tertinggi mencapai 1.000 batang. Omzet penjualan sedotan resam minimal Rp400.000 per bulan, bergantung pada permintaan.

Permintaan tertinggi berasal dari tamu dinas dan pelancong yang berkunjung ke Desa Bumiayu. “Tidak ada teknik khusus untuk menjaga keawetan sedotan. Cukup mencuci sedotan dengan air mengalir dan merebus sedotan jika hendak dipakai,” kata pemilik Rumah Kreatif Citra PALI itu.

Respons masyarakat dengan kehadiran sedotan resam relatif bagus. Buktinya, antusiasme pengunjung pameran kebudayaan di Jakarta sangat tinggi terhadap sedotan organik itu. Saat itu Anjas membawa 1.000 sedotan resam yang semuanya ludes terjual. Di pameran itu, Desa Bumi Ayu menjadi salah satu desa budaya dan wisata asal Sumatra Selatan.

Menurut Anjas, terdapat 3 kriteria resam untuk bahan baku sedotan di Desa Bumiayu yakni kecil, sedang, dan besar. Untuk kategori kecil panjang resam 1 meter, kategori sedang (1,5–2 m), dan kategori besar memiliki (5–8 m). Resam kategori sedang dan besar yang menjadi bahan dasar pembuatan sedotan resam. Diameter sedotan beragam, tetapi rata rata 4–5 mm.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Inovasi Mesin Pendingin Berteknologi untuk Puree Mangga

Trubus.id—Tim dosen Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) berinovasi membuat mesin pendingin dengan teknologi box freezer dan chiller untuk penyimpanan puree...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img