Trubus.id— Musangking menjadi lokomotif bisnis durian di Malaysia. Berkebun durian menjadi sumber pendapatan yang menggiurkan bagi penduduk lokal. Produksi buah pun terus bertumbuh.
Laman statista.com mencatat produksi durian di Malaysia meningkat dua kali lipat sejak 2017. Pada 2017 produksi durian di Malaysia sekitar 210.870 ton lantas meningkat 448.270 ton pada 2021.
Sejumlah pelaku bisnis durian meraup laba dari hasil berkebun durian, termasuk musang king. Musang king selalu menempati posisi tiga besar sebagai durian yang paling banyak dicari, disusul duri hitam serta durian jenis lain seperti udang merah (D175) dan teka (D160).
Harga sebuah musang king sekitar RM40—RM60 setara Rp132.000—Rp198.000 di tingkat petani dan melonjak 2 kali lipat di kedai-kedai durian. Musang king mampu mempertahankan predikat sebagai durian premium dengan harga tinggi.
Musang king mengalami perjalanan panjang sebelum jadi primadona. Menurut praktisi durian di Malaysia, Dr. Aziz Zakaria, butuh kerja sama berbagi pihak untuk membuat jenis durian tertentu menjadi primadona.
Setiap pelaku usaha mulai dari pekebun, penyedia sarana produksi pertanian, produsen pupuk, peneliti, akademisi, pemerintah, pedagang, hingga pemilik kedai harus saling bergandengan tangan untuk mengangkat pamor durian.
Malaysia memulai pengembangan musang king puluhan tahun lalu. Buah-buah beredar saat ini berasal dari pohon berusia lebih dari 20 tahun. Oleh sebab itu, kualitas buah musang king stabil.
Musang king bukan cuma menjadi tren regional, tetapi global. Kesuksesan Malaysia mengekspor durian ke Tiongkok serta kecepatan informasi media massa memperkuat posisi musang king.
Kegandrungan konsumen terhadap musang king menjalar ke negara-negara lain. Dampaknya, permintaan global yang tinggi mendongkrak harga musang king. Semenanjung Malaysia menjadi pemasok durian nasional, termasuk musang king.
Negara bagian Pahang menyumbang 28% dari total produksi, diikuti Johor (17%) dan Kelantan (12%). Ketua Yayasan Durian Indonesia (YDI), Adi Gunadi, menuturkan, Pahang telah dirancang menjadi basis industri durian sejak 1993 silam.
Mayoritas pekebun menanam musang king dan duri hitam. “Beberapa kebun sawit juga beralih fungsi menjadi kebun durian di Johor,” kata Adi. Sejumlah pekebun mengandalkan pupuk organik untuk asupan nutrisi durian.
Mereka menjaga kualitas buah sejak dari kebun hingga panen. Lazimnya, pekebun memasang jaring di bawah tajuk pohon. Posisi jaring sekitar 2 meter dari permukaan tanah. Jadi, begitu tangkai buah terlepas dari cabang, buah jatuh di atas jaring. Buah tercegah membentur tanah yang keras sehingga mutu pun terjaga.
Pekebun mengumpulkan buah lalu menyeleksi berdasarkan kualitas. Adi menuturkan bahwa berkebun durian bukan perkara mudah. Pekebun harus menyiapkan modal, sarana berkebun, jalur pengiriman, dan pemasaran yang tepat.
Kesadaran menghasilkan buah bermutu dan kemudahan distribusi membuat musang king cepat menyebar di lapak maupun kedai durian di Malaysia. Seharusnya Indonesia mengikuti jejak Malaysia dalam mengembangkan durian. Prospek bisnis durian di tanah air sangat menggiurkan karena daya beli orang Indonesia cukup bagus.