Trubus.id— Pekebun ubi jalar di Desa Tegalmanggung, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Agin Sutisna, amat takjub dengan hasil panen ubi jalar di polibag. Pasalnya, ia bisa memanen 1 kilogram (kg) ubi jalar terdiri atas 4 umbi di polibag berdiameter 35 cm.
Menurut petani 52 tahun itu, hasil panen 1 kg per diameter 35 cm itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan budidaya konvensional. “Budidaya di tanah paling bagus rata-rata 500 gram dengan luasan sama,” katanya.
Agin yang bertani ubi jalar sangat merasakan perbedaan penghematan biaya olah tanah bila menggunakan polibag. Penggunaan polibag menghilangkan biaya pengolahan tanah, karena Agin hanya perlu menambahkan sedikit media tanam tiap kali panen.
Meskipun terasa lebih tinggi pengeluaran atau modal di awal karena pembelian polibag. Namun, lebih praktis untuk jangka panjang.
Keunggulan lain dari budiaya ubi jalar di polibag adalah petani dapat memformulasikan sendiri media tanam yang optimal untuk kondisi agroklimat lokasi budidaya. Komposisi media tanam kreasi Agin terdiri dari kompos kotoran kambing, sekam sisa budidaya ayam, dan tanah.
Perbandingan kompos, sekam, dan tanah secara berturut-turut 1:2:1. Agin menambahkan, kelebihan lain budidaya menggunakan polibag pemupukan lebih tepat sasaran. “Budidaya konvensional di tanah pupuk mudah tercuci jika hujan,” kata Agin.
Pria Kelahiran Kabupaten Sumedang, 52 tahun silam itu memberikan pupuk susulan pada 1 bulan setelah tanam. Ia melarutkan 8 kilogram SP-36 dan 4 kilogram NPK Phonska pada 200 liter air. “Aplikasi bisa selang 2 pekan,” katanya.
Cerita manis menanam ubi jalar di polibag juga terdengar dari petani di Yogyakarta, Bayu Kristianto, S.Pt., yang menanam 200 ubi jalar dalam polibag di lahan seluas sekitar 34 m2. Menurut Bayu, hasil panen ubi jalar meningkat 400% ketimbang cara konvensional.
Adapun Bayu yang menggunakan media tanam pupuk kandang, sekam, dan tanah dengan perbandingan 1:1:1 dengan total bobot media 30 kg untuk polibag berukuran 60 cm x 60 cm. Bayu memberikan 250 ml NPK cair (240 ml NPK dengan 10 liter air) saat berumur 3 pekan setelah tanam.
Frekuensi pemberian sekali sepekan hingga tanaman berumur 2 bulan. Selanjutnya tanaman mendapat pasokan nutrisi 125 ml NPK hingga panen. Ia memupuk dengan cara mengocorkan larutan di tanaman. Penyiraman setiap pagi saat kemarau. Setelah panen selesai, Bayu menambahkan 30% media tanam.
Bayu menambahkan, kelebihan menggunakan polibag dapat mencegah serangan hama tikus. Selain itu, hasil panen tidak rusak selama proses sehingga bobot ubi pun optimal. Pengalaman pahit memanen ubi jalar yang terserang hama tikus pernah dirasakan Bayu. Saat itu Ia hanya memanen 60 kg dari 200 tanaman. Sebab, tikus menyerang saat Ipomoea batatas berumur 3 bulan. Gejala serangan berupa daun dan umbi tercabik. Sangat kontras hasil panen Bayu saat menggunakan polibag, yaitu 300 kg untuk 200 tanaman. Bayu menerka tikus tidak mampu mencium bau ubi jalar yang tertanam di dalam polibag.