Trubus.id— Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan alat untuk meningkatan umur simpan madu nabati kelapa. Alat itu bernama Tecobator Gama. Tecobator Gama merupakan alat pemasakan dan inkubator sterilisasi untuk madu nabati kelapa.
Salah seorang Mahasiswa UGM yang turut mengembangkan inovasi, Muhammad Haris Yulianto, menjelaskan awal mula pengembangan alat ini berangkat dari persoalan yang dihadapi UMKM yang dijalankan Kelompok Wanita Tani (KWT) Nira Lestari di Dusun Semen, Desa Trenten, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
KWT Nira Lestari sukses mengembangkan berbagai olahan dari buah kelapa salah satunya madu nabati kelapa. Madu nabati ini terbuat dari nira kelapa yang dipanaskan pada suhu tertentu tanpa melalui proses fermentasi dan mengandung indeks glikemik rendah yaitu berkisar 35—42.
Madu nabati kelapa sangat diminati masyarakat karena dapat menggantikan madu konvensional dengan manfaat dan cita rasa yang khas. Hanya saja dalam memproduksi madu nabati kelapa masih menggunakan metode manual.
Produksi manual dilakukan melalui proses pemasakan dan pengadukan secara terus menerus selama 1 jam. Kondisi ini berisiko menimbulkan kelelehan kerja yang cukup tinggi, penyaringan yang dilakukan juga harus dilakukan berulang kali karena adanya paparan lingkungan ketika pemasakan di tempat terbuka.
“Tak hanya itu, proses pengemasan produk kurang steril karena sebelum dikemas madu nabati didiamkan di tempat terbuka kemudian dimasukkan ke dalam botol di tempat yang kuang steril, hal tersebut mengakibatkan adanya kontaminasi mikroorganisme yang dapat merusak produk,” tutur Haris, dilansir dari laman resmi Universitas Gadjah Mada.
Oleh karena itu, Haris bersama dengan keempat rekannya berinisiatif membuat alat pemasakan nira kelapa untuk mempermudah mitra dalam mengaduk nira kelapa selama proses produksi berlangsung.
Dengan alat ini produksi berlangsung dengan menggunakan tekanan vakum sehingga uap air di dalam pemanas dapat dibuang keluar untuk menimalkan kadar air maupun penguapan pada produk.
Sementara sterilisator terbagi menjadi 2 bagian yaitu saat pemasakan berlangsung di panci pemanas dan inkubator sterilisasi tertutup menggunakan ozone generator dan sinar UV.
Setelah produk dipanaskan lalu langsung masuk ke dalam ruang sterilisator tertutup untuk dilakukan pengemasan sehingga akan meminimalisasi dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme baik protozoa, fungi, bakteri, dan virus.
Haris meuturkan dengan penggunaan alat pemasakan dan inkubator sterilisasi sangat membantu meningkatkan produktivitas kerja. Pada awalnya anggota KWT mengaduk nira kelapa secara terus menerus hingga 1 jam yang menimbulkan kelelahan, dengan alat ini mampu menggantikan pengadukan manual dengan adanya agitasi pada alat pemasakan.
Dengan satu kali proses penggunaan alat dapat meningkatkan kapasitas dari yang awalnya hanya 10 liter nira menjadi 20 liter. Sementara untuk penyaringan, awalnya dengan cara manual disaring beberapa kali 2—3 kali, setelah penerapan alat penyaringan hanya dilakukan 1 kali di awal pemasakan.
“Adanya inkubator sterilisasi yaitu tambahan lampu UV dan ozone generator mampu menjaga kualitas produk dan meminimalkan paparan mikroorganisme sehingga umur simpan bertambah dari awalnya kurang dari 1 bulan menjadi lebih dari 1 bulan,” paparnya.
Ketua KWT Nira Lestari, Yuni Setyaningsih merasa terbantu dengan hadirnya alat pemasakan dan inkubator sterilisasi untuk madu nabati kelapa di KWT Nira Lestari.
Salah satunya, mengurangi beban kerja anggota dengan metode pemasakan yang disertai pengadukan. Tak hanya itu, dengan sistem pemasakan yang tersambung dengan inkubator sterilisasi mampu menjaga produk agar tetap steril dan terbukti dengan uji laboratorium mampu meningkatkan kualitas dan umur simpan produk.
“Dengan alat ini dapat meningkatkan jumlah produksi madu nabati kelapa sehingga produk dapat didistribusikan di luar Kabupaten Magelang,” jelasnya.
Sebagai informasi, mahasiswa yang turut mengembangkan alat ini antara lain, Muhammad Haris Yulianto (Fakultas Teknologi Pertanian 2020), Yasmeen Afifah Nurbakhsy (Fakultas MIPA 2020), Laila Mukarromah (FMIPA 2020), dan Fauzan Naufal Taqiy Susanto (FMIPA 2022).