Trubus.id— Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) memastikan ketersediaan beras aman dalam menghadapi cuaca buruk El Nino. Limpo menyampaikan hal itu usai menerima laporan langsung terkait kesanggupan Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) dalam memenuhi cadangan beras nasional 200.000 ton.
Gubernur Sumatra Selatan Herman Deru menyanggupi 200.000 ton beras untuk Indonesia. SYL meninjau penanaman padi perdana Gerakan Nasional El Nino di Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra Selatan pada Senin, 7 Agustus 2023.
SYL mengatakan, selain beras Sumsel juga akan mempersiapkan lahan tetap atau lahan eksisting yang masih memiliki air kurang lebih sekitar 150.000 hektare. Lahan itu diproyeksikan menjadi lumbung pangan bagi Provinsi Sumatra Selatan.
“Lahan itu akan kita sentuh dengan teknologi untuk selanjutnya bisa menjadi lumbung bagi Sumatra Selatan,” kata SYL.
Menurut SYL secara nasional kondisi pangan Indonesia berdasarkan neraca berada pada posisi aman. Pada Agustus 2023 misalnya, masih memiliki lahan panen 850.000 hektare. Bahkan lahan itu masih akan bertambah pada September.
“Neraca pangan kita baik, tetapi cuaca ekstrem tidak boleh kita spelekan. Berdasarkan neraca pada Agustus kita masih punya 850 ribu hektare siap panen,” kata SYL.
Gubernur Sumsel, Herman Deru menyampaikan terimaksih atas perhatian jajaran Kementan terhadap gerakan nasional tanam padi el nino. Sumsel, sebut Herman, bahkan diberi bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk menambah perluasan tanam dan lahan.
“Disini produktivitasnya sudah 2,9 juta ton dan sekarang sudah sanggup dengan peningkatan luas tanam dan panen jadi 3 juta ton. Kita juga berhasil menjalankan KUR dengan serapan hampir 100 persen,” katanya.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengatakan bahwa El Nino sejauh ini telah menyebabkan dampak langsung terhadap sektor pertanian, diantaranya kekeringan, perubahan musim tanam, serangan OPT serta resiko produksi produktivitas.
“Karena itu, kami telah menyiapkan sejumlah strategi mulai dari gerakan percepatan tanam dan gerakan pengendalian Organisne Pengganggu Tumbuhan (OPT) sebagai upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman, hingga gerakan penanganan dampak perubahan iklim (DPI),” jelasnya.(Sardi Duryatmo)