Trubus.id— Ketikamusim buah gayam tiba, warga Desa Riti, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), memeram buah tua selama 2—3 hari. Setelah itu mereka mengupas kulit buah dan membuka kulit biji (cangkang) menggunakan parang atau pisau.
Kemudian mereka merebus daging biji gayam 1—2 jam. Setelah lunak dan matang—warna kemerahan, mereka mendinginkan daging biji dan menyajikan dengan parutan kelapa. Lazimnya menu itu untuk sarapan dan camilan sore warga Desa Riti.
Menurut peneliti di Kelompok Riset Ekofisiologi, Pusat Riset Konservasi Tumbuhan,Kebun Raya & Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Ir. Albert Husein Wawo, M. Si., ada juga masyarakat yang membuat biji gayam bakar.
Mereka memasukkan biji gayam ke dalam bara yang nyalanya stabil selama sejam. Sesekali mereka mengipasi agar bara api menyala. Kemudian keluarkan biji gayam dansajikan.
Biji gayam panggang enak disantap selagi hangat. Olahan gayam sebenarnya relatif banyak. Masyarakat Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, terutama bagian selatan seperti Kecamatan Ambal, mengukus biji gayam.
Pada musimnya, akhir hingga awal tahun, buah berserakan di bawah tajuk. Jadi, mereka tidak perlu memetiknya, tinggal memungut. Kadang-kadang di permukaan kulit terdapat bekas gigitan kelelawar. Mereka membelah,mencuci,dan mengukus menjadi penganan yang lezat.
Malahan masyarakat Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kebumen, yang belum lama ini dikunjungi Presiden Joko Widodo mengonsumsi gayam (Inocarpus fagifer) muda.
Setelah mengupas kulit buah yang bulat lempeng setebal 1—2 cm, membelah sebagian permukaan—hampir separuh lingkaran—untuk membuang biji muda yang cenderung putih.
Lalu mereka meletakkan gula jawa, garam, dan cabai secukupnya. Cara menikmati dengan menyesap perlahan-lahan. Mula-mula mereka menikmati daging buah yang lunak. Jadi, cita rasa pedas, manis, dan asin membaur di lidah. Itulah majakan yang kini mulai ditinggalkan warga.
Harap mafhum, mengonsumsi majakan oleh sebagian orang dianggap kurang elite. Selain itu populasi pohon gayam menyusut drastis di area itu. Akibatnya untuk mendapatkan buah gayam pun relatif sulit.
Olahan lain gayam yakni berupa tepung yang kemudian diolah menjadi kue, biskuit, crackers, chiffon cake, dan roti tawar. Itusemua masih tahap penelitian. Perlu riset lebih lanjut terkait potensi gayam diolah menjadi tepung termodifikasi kaya pati dalam rangka pengembangan pangan lokal.