Trubus.id— Juanto kecewa lantaran buah perdana dari pohon durian (Durio zibethinus) di kebunnya tidak sesuai dengan ekspektasinya. Rasa buah hasil panen perdana itu hambar. Daging buah berbobot 1,5 kg itu juga tipis dan cenderung gampang pecah.
Padahal, Pekebun durian di Dusun Tabag Gunung, Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu menunggu 10—15 tahun untuk menikmati panen perdana itu.
Selain Juanto, 25 pekebun durian lain di Brongkol juga menghadapi permasalahan sama. Sejatinya Desa Brongkol memiliki sekitar 20 varietas durian lokal unggul. Juanto kemudian tergerak untuk mengganti varietas lokal yang kurang bernilai dengan varietas lokal unggul.
“Top working menjadi teknologi pilihan karena bisa panen lebih cepat dibandingkan dengan menanam ulang,” ujar Juanto.
Pada 2005 Juanto menebang 10 pohon induk durian varietas lokal berumur 5—15 tahun. Pekebun durian sejak 1991 itu hanya menyisakan 1 m setiap pohon sebagai batang bawah.
Entres—calon batang atas— berasal dari pohon induk varietas lokal unggulan seperti J’Pink, vera, dan tumbu yang pernah berbuah. Penyambungan menggunakan teknik sisip supaya tidak perlu menunggu munculnya tunas baru dari batang bawah.
Juanto menyisipkan minimal 2 entres di setiap batang bawah yang pernah berbuah. Hal itu untuk menghindari jika ada entres yang pertumbuhannya kurang optimal. Biasanya Juanto menyisipkan 10 entres di setiap batang bawah.
Setiap entres memiliki minimal 2 mata tunas. Adapun batang bawah tidak ada aturan khusus. Prinsipnya mengganti tanaman berkualitas rendah menjadi super.
Waktu tepat untuk melakukan top working saat awal musim hujan yakni November— Desember. Tujuannya menghindari penguapan berlebih saat musim kemarau. Total jenderal Juanto melakukan top working pada 250 pohon durian.
Pohon-pohon itu milik 25 rekan pekebun. Jadi, beberapa pekebun tertarik mengikuti langkah Juanto menyambung pohon durian. Mereka meminta bantuan Juanto untuk menyambungkan.
Kepemilikan pohon seorang pekebun rata-rata 10 tanaman. Tiga pohon disambung dengan varietas lokal unggulan, sedangkan 7 pohon lainnya dengan varietas introduksi (musang king dan ochee atau duri hitam).
Jumlah varietas lokal unggulan yang disambung memang lebih sedikit. Musababnya hanya untuk mempertahankan keberadaan varietas lokal unggulan supaya tidak punah.
Setelah penyambungan, para pekebun memberikan pupuk npk 16:16:16 . Dosisnya 250 gram per tanaman dengan umur batang bawah 5 tahun. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan daun.
Pohon berbuah perdana saat umur top working 8 tahun untuk varietas lokal. Produksi mencapai 10 buah per pohon. Berbeda dengan varietas introduksi yang mulai berbuah pada umur 5 tahun setelah top working dan menghasilkan 30 buah saat panen perdana.