Embel-embel pencekik karena akar-akar berumur puluhan tahun itu mencekik pohon inang tempatnya menumpang hidup. Sepanjang perjalanan di hutan Peucang menemukan putat Planchonia valida , kileho Saurauia pendula , kimaja Micromelum pubescens , dan kisampang Evodia latifolia . Ujungkulon dicapai 2,5 jam berperahu motor dari Tamanjaya, Banten.***
- Akar ficus membentuk lorong jalan di Ciboom 163
- Anggrek hutan di Ciboom 164
- Anggrek pohon Aerides sp di Pulau Panaitan 165
- Anggrek spesies di ujung tebing di Ciboom 166
- Bagian dari tebing di Karangcopong yang terpisah dari tebing utama 167
- Banyak hot spot mancing di Taman Nasional Ujungkulon sehingga ia menjadi tempat favorit para angler 168
- Buah nyamplung bahan baku biokerosen, biodiesel 169
- Bunga pidada 170
- Ciboom mesti ditempuh dengan perahu kecil agar bisa merapat ke daratan 171
- Ficus ratusan tahun yang akar napasnya ratusan buah 172
- Guguran daun puspa Schima walichii di Pulau Panaitan 173
- Karangcopong istimewa karena memiliki dua tebing tegak terpisah 174
- Lobster laut yang terpancing di Karangcopong 175
- Mercusuar setinggi 25 m di Ciboom 176
- Monyet ekor panjang yang jinak di Pulau Panaitan 177
- Padang penggembalaan banteng di Ujungkulon 178
- Pantai Ujungkulon tak hanya menawarkan hutan dan satwa darat yang unik, camar laut, satwa lain yang gampang dijumpai hinggap di karang 179
- Perahu nelayan setempat untuk menjaring ikan 180
- Pidada, salah satu ciri vegetasi mangrove 181
- Pulau kecil di Ciboom Rusa di Pulau Panaitan 182
- Perjalanan senja menuju Pulau Panaitan 183
- Rusa di Pulau Panaitan 184
- Salah satu buah yang dimakan banteng 185
- Salah satu sudut pantai di Ciboom 186
- Salah satu sudut pantai di Pulau Panaitan 187
- Salah satu tebing batu di Ciboom 188
- Tengkorak kepala banteng di cidaun, ujungkulon 189
- Senja di Pulau Panaitan 190
- Teluk di ujung barat Pulau Jawa di Ciboom 191