Trubus.id — Saat musim hujan sebagian daerah di Kelurahan Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, Jawa Timur, menjadi rawa dadakan. Saat musim kemarau, tempat itu menjadi habitat rumput liar yang tumbuh subur sehingga menjadi sarang ular.
Namun, itu cerita dahulu pada 2007. Kini, wilayah itu terkenal sebagai Kampung Herbal Nginden. Area seluas 2.500 m2 itu di Nginden Jangkungan berisi sekitar 230 jenis tanaman obat seperti jahe merah, salam, dan kumis kucing.
Sekitar 50% dari 30-an rumah di Kampung Herbal Nginden menanam aneka tanaman berkhasiat obat. “Tiap rumah kami wajibkan setidaknya menanam 5 jenis herbal berbeda,” kata Iwan Ridwan, koordinator Kampung Herbal Nginden.
Tujuannya, agar kampung herbal bermanfaat untuk warga sekitar dan warga Kota Surabaya secara luas. Masyarakat mengonsumsi sebagian herbal, sedangkan sisanya dijual dalam bentuk bibit tanaman.
Penjualan terbanyak saat tahun ajaran baru karena banyak sekolah yang membutuhkan bibit tanaman herbal. Masyarakat sekitar juga mengolah beragam herbal itu menjadi aneka makanan dan minuman.
“Herbal itu kami buat makanan tradisional botok. Olahan minuman seperti sinom kunyit asam, secang, jahe merah, dan serai,” kata Iwan.
Ia juga rutin mengonsumsi minuman herbal itu sepekan dua kali sejak 2020. “Tubuh tidak mudah lelah. Stamina masih seperti 2–3 tahun lalu,” tutur pria berumur 51 tahun itu.
Selain itu, ia menjadi lebih jarang terkena penyakit influenza sejak rutin mengonsumsi minuman herbal.
Pengembangan kampung herbal tidak semudah menyalakan kompor gas. Semula beberapa warga bingung tentang kampung herbal. “Namun, setelah saya jelaskan konsepnya, mereka paham dan mau ikut serta,” tutur Iwan.
Awalnya, mereka menanam jahe merah di lahan seluas 4 m × 5 m. Tak disangka, pihak kelurahan mengikutkan kampung itu di lomba Kampung Herbal Bejo yang diselenggarakan oleh Jamu Tolak Angin pada 2014. “Kami mendapat juara dua tingkat Kota Surabaya,” kata Iwan.
Akhirnya, pada 2015 mulailah dicanangkan Kampung Herbal di Kelurahan Nginden dengan luas sekitar 5.000 m2. Namun, saat ini luas kampung herbal sekitar 2.500 m2.
Musababnya, sebagian lahan dimanfaatkan program pemerintah untuk pemberdayaan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Meski begitu, adanya Kampung Herbal Nginden terbukti bermanfaat untuk warga sekitar dan masyarakat luas.