Merawat beragam anggrek mini nan unik sekaligus menyelamatkannya dari kepunahan.

Anggrek mini Taeniophyllum biocellatum itu tak berdaun. Bagai rumah tanpa dapur sehingga tak mampu memasak? Tanaman kerabat vanili itu memang hidup menumpang pada tanaman lain. Namun, ia tak sudi meminta-minta makanan pada tanaman inangnya. Ahli anggrek dari Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan Jawa Timur, Destario Metusala, MSc, menuturkan meski menempel di pohon lain, mereka tak mengambil makanan dari pohon inang.
“Mereka mampu memproduksi makanan sendiri,” kata Destario. Akar anggrek itu berperan ganda. Selain untuk melekatkan diri pada pohon inang, akar juga memiliki klorofil seperti pada daun. Berkat zat hijau daun itu ia mampu berfotosintesis untuk memproduksi makanan sendiri dan bertahan hidup, meski tanpa daun. Karakter khas tanaman itu yang membuatnya terancam punah adalah sulit untuk diperbanyak.
Kian langka
Sosok mungil Taeniophyllum biocellatum berbunga putih dan harum walau tak semerbak. Untuk mencium aroma harum, kita harus mendekatkan hidung ke bunga tanaman anggota famili Orchidaceae itu. Destario Metusala menuturkan diameter bunga hanya 3 mm yang tersusun pada sulur sepanjang 3,5 cm. Komposisi warna bunga kontras: sepal dan petal berwarna kuning, bibir putih, dan kepalasari ungu.

Pada bagian tengah bibir yang berbentuk kantong terdapat 2 bundaran polen seperti mata. Menurut Destario anggrek itu berbunga sepanjang tahun. Setelah bunga gugur, tangkai bunga tidak layu, tapi terus bertambah panjang dan memproduksi bunga. Pehobi angrek di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Hendry Margono, menemukan anggrek mini itu di lahan sayuran di Bogor pada pertengahan 2005. Ia memutuskan untuk memboyong ke rumah demi melindungi kelangsungan hidupnya. Destario menuturkan di alam Taeniophyllum biocellatum yang memiliki akar pipih dan pendek itu mulai langka.
Di habitat aslinya, anggrek akar biasanya menempel di batang pohon. Hendry yang merawat anggrek mini itu mengungkapkan, bertahun-tahun Taeniophyllum biocellatum belum juga tumbuh tunas. Koleksi Hendry lainnya adalah Cleisostoma williamsonii.
“Ukuran bunganya hanya 0,7 cm, bentuk bunga seperti kupu-kupu berukuran kecil, sepal dan kelopak memiliki panjang yang sama, bagian lip memiliki tiga kerutan dengan corak yang jelas,” ujar alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Menurut Hendry bunga anggrek itu mekar tidak serentak, tetapi hanya beberapa kuntum. Sekali mekar hanya 3—5 kuntum. Prosesnya berurutan, ketika bunga tertua sudah layu segera disusul mekarnya bunga yang di ujung.
Kuas bedak

Warna bunga Cleisostoma williamsonii kuning kehijauan dengan labellum berwarna agak keunguan. Anggrek mini itu menarik perhatian lelaki berhobi piknik itu. Destario Metusala mengatakan, tanaman itu memiliki tipe berdaun terete, yaitu seperti pensil atau lidi. Daya tahan mekar bunga per kuntum sekitar 6 hari, tetapi pemiliknya bisa cukup lama menikmati karena mekar bergantian.
Anggrek spesies yang bersifat epifit itu sebaran di dunia cukup luas, yaitu mulai daratan Tiongkok sampai Indonesia. Lingkungan aslinya daerah berketinggian 1.100—2.000 meter di atas permukaan laut beriklim lembap dan kering. Koleksi lain Hendry Dendrobium capituliflorum, yaitu anggrek mini, saat mekar penuh ukurannya cuma 1,5 cm.
Tanaman itu biasa ditemukan di pohon di savana dataran rendah dan hutan hujan dan pada batu di padang rumput dari Papuanugini dan Kepulauan Solomon di ketinggian 0—750 meter di atas permukaan laut. “Di kalangan penganggrek, ada yang menyebutnya anggrek kuas bedak, sedangkan di mancanegara dikenal sebagai white bottle brush orchid,” ujarnya. Tanaman berbunga unik itu adaptif di dataran rendah.

Menurut Destario penamaan capituliflorum menunjukkan rangkaian bunganya berbentuk bunga kepala, yaitu bunga seolah berkumpul di satu titik, sehingga berkesan seperti bentuk kepala. Batang tanaman berbentuk pipih sampai silinder, tangkai bunga terdiri atas beberapa ruas.
Bunga anggrek spesies mini yang terakhir adalah Chamaeanthus brachystachys. Hendry tidak menyangka menjumpai anggrek mini itu tumbuh dalam koloni yang berjumlah sangat besar memenuhi batang utama pohon peneduh di tepi jalan di Provinsi Jawa Tengah. “Anggrek itu unik karena ukuran bunganya sekitar 0,5 cm dan hanya mekar sehari. Meski bertangkai pendek, tetapi bunganya cukup banyak,” ujarnya.
Destario mengatakan, jumlah bunga yang berwarna kuning kehijauan itu bisa mencapai 20 buah. Sepal dan petal ukurannya sama dan bentuknya runcing. Hendry merawat semua anggrek itu untuk konservasi dan berusaha memperbanyak demi melindungi kelestariannya. Dari sekian banyak koleksi anggrek mini hanya Taeniophyllum biocellatum yang belum berhasil diperbanyak.

Hendry merawat anggrek itu di bawah naungan agar tidak terpapar sinar matahari. Menurut ahli anggrek di Jakarta, Frankie Handoyo, Indonesia salah satu gudangnya anggrek spesies di dunia. “Bentuknya sangat beragam, begitu juga ukurannya, dari yang besar sampai yang ukurannya kecil,” ujarnya.
Ia menyarankan bagi pehobi atau kolektor anggrek untuk selalu memperhatikan kesesuaian pertumbuhan tanaman di lingkungan baru. Anggrek dari lingkungan dataran rendah tidak akan berkembang baik di dataran tinggi, begitu juga sebaliknya. Jangan sampai niat menyelamatkan tanaman eksotis dan langka di rumah, berbuah kematian lantaran kurangnya pengetahuan karakter anggrek. (Muhammad Hernawan Nugroho)