Pameran Suan Luang, Bangkok, Thailand, menjadi tolak ukur tren tanaman hias.
Dalam dunia tanaman hias, Suan Luang, di Bangkok , Thailand, menjadi kiblat tanaman hias. Setiap Desember pencinta tanaman hias dari berbagai negara, seperti India, Indonesia, Filipina, dan Taiwan ramai mengunjungi Suan Luang Rama IX Park. Mereka datang untuk melihat tanaman hias yang sedang tren di negeri Gajah Putih itu. Penggemar sansevieria di Kelapagading, Jakarta Utara, Isralina Sulthan Said, datang untuk melihat tren tanaman hias.
Ia selalu hadir untuk mengunjungi pameran dalam 3 tahun terakhir. Menurut Isralina Sulthan Said sukulen, kaktus, dan tilandsia mendominasi pameran pada tahun lalu. Namun, ekshibisi pada 2016 jumlah peserta yang memajang tanaman berkurang. Dari sekitar 300 gerai, hanya sekitar 10% yang memajangnya. Namun, kehadiran tanaman gurun itu masih tetap dominan dibandingkan dengan tanaman lain.
Barometer tren
Harga tanaman sekitar 30% lebih murah dari harga di Indonesia, sehingga agak sulit untuk diperdagangkan. Isralina membawa pulang beberapa pot sansevieria dan anggrek unik. Pencinta encephalartos dan tanaman hias di Jakarta Barat, Andy Darmawan mengungkapkan hal serupa. Menurut Andy hanya sedikit tanaman baru yang tampil pada pameran kali ini.
Andy lebih tertarik pada dracaena yang sejak tahun lalu sudah mulai ramai di pasaran. Salah satu yang menarik perhatiannya ialah dracaena asal Vietnam yang beberapa kali menjuarai kontes di Suan Luang. Beberapa dedengkot tanaman hias dari Filipina seperti Boyet B. Ganigan pun hadir di ekshibisi tahunan itu. Pencinta sansevieria itu juga sengaja terbang ke Negeri Gajah Putih untuk memantau tren tanaman hias.
Menurut Boyet B. Ganigan tahun ini tidak banyak perbedaan dari tren tahun lalu. Ia menyebut sukulen, kaktus, dan tillandsia tetap paling dominan. Di negaranya pun ketiga tanaman itu sedang tren. Penggemar tanaman hias di Thailand, Noi, mengatakan tidak ada tanaman yang menonjol pada pameran ini. Pameran tanaman di Suan Luang hampir sama dengan pameran Flora Fauna di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, yang rutin diselenggarakan setiap tahun.
Namun, materi tanaman yang dipamerkan berbeda. Ekshibisi di Lapangan Banteng dari tahun ketahun menyajikan tanaman yang cenderung sama. Sebagian besar gerai menampilkan tanaman campuran. Hanya beberapa stand yang menampilkan tanaman tertentu, seperti anthurium, kaktus dan sukulen, anggrek, aglaonema, sensevieria, dan adenium. Di Suan Luang pun ada gerai yang berisi campuran berbagai tanaman.
Namun, secara umum kualitas tanaman di Suan Luang cukup berkualitas sehingga layak ekspor. Gerai lain ada pula yang menampilkan komoditas tunggal, di antaranya kaktus dan sukulen, anthurium, aglaonema, anggrek, euphorbia, mawar, puring, dan tanaman buah. Salah satu yang menarik ialah diamond crown, adenium setinggi 1 meter lebih dan penuh bunga itu dibanderol 200.000 baht setara Rp80-juta rupiah.
Pemerintah Thailand menetapkan berkabung selama setahun sejak mangkatnya Raja Bhumibhol Aduljadej pada 13 Oktober 2016. Dampaknya pameran tahun ini relatif sepi. Apalagi panitia juga meniadakan lomba tanaman hias. Padahal, pengunjung menunggu-nunggu kontes bergengsi itu. Akibatnya minat pekebun Thailand untuk menampilkan tanaman koleksi terbaiknya menurun. (Syah Angkasa)