Wednesday, September 11, 2024

Asosiasi Produsen Benih Perkebunan Usulkan Revisi Harga Benih Kakao dan Kelapa

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—Ketua Himpunan Produsen Benih Perkebunan dan Kehutanan Indonesia, Masrizal Batubara, menuturkan saat ini terjadi kenaikan harga benih terutama untuk kakao di pasar bebas. “Karena tingginya permintaan dampak dari kenaikan harga biji kakao. Sementara itu setok benih terbatas,” ujar Masrizal.

Ia menuturkan dengan adanya kenaikan biaya produksi dan tingginya permintaan di pasar bebas maka Himpunan Produsen Benih Perkebunan dan Kehutanan Indonesia menyarankan perbaikan harga penyediaan benih melalui program pemerintah.

“Berdasarkan informasi dari anggota, harga kakao di Sumatra untuk bibit siap salur asal biji berkisar antara Rp11.500—12.000 per batang. Sementara bibit okulasi sudah mencapai angka Rp 15.000 untuk wilayah Sulawesi, dan  Nusa Tenggara Timur mencapai Rp17.000 per batang. Itu pun setok tidak tersedia,” ujar Masrizal.

Lebih lanjut ia menuturkan, harga biji kakao hibrida biasa naik menjadi Rp1.500 per biji. Misalnya pada  dua produsen benih kakao CV Scorpio dan PT Hasram. Melansir pada siaran pers Direktur CV Scorpio Romi, menuturkan kenaikan itu untuk merespon kenaikan ongkos produksi dan peningkatan permintaan.

Masrizal menuturkan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) telah melakukan penyesuaian harga untuk biji kakao hibrida dengan varietas terbaru seperti ICCRI 06 dan ICCRI 08H menjadi Rp2.000 per biji, sementara hibrida biasa masih dibrandrol Rp1500 per biji. 

Masrizal Batubara menuturkan untuk  kelapa juga ada peningkatan harga benih di pasar. “Harga benih kelapa saat ini dijual Rp10.000 per butir. Sementara harga jual hasil pemantuan di wilayah Sumatra dan NTT bervariasi Rp18.000—21.000 per batang non polibag,” kata Masrizal.

Sementara untuk yang polibag daerah Sumatra, Sulawesi, dan NTT Rp23.000—26.000 per  batang. Ia menuturkan untuk harga bibit kelapa genjah bervariasi Rp60.000—80.000 per batang dalam polibag.

Adapun kelapa pandang wangi menurut pemilik sumber benih asal Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara, Jasman Silitonga Rp180.000 per batang bibit siap salur di polibag.

Melihat kondisi itu maka Masrizal Batubara menyarankan agar ada penyesuaian harga pengadaan pemerintah, supaya tidak terlalu terjadi disparitas antara harga pasar dengan harga pengadaan.

“Untuk bibit kakao asal biji kami sarankan diharga Rp11.500 per batang franko pembibitan, sementara untuk biji dari sambung puncuk Rp16.000 per batang. Sementara untuk kelapa dalam polibag Rp25.000 per batang dan Rp70.000 per batang untuk kelapa genjah,” jelas Masrizal.

Ia menuturkan perlunya penyesuaian harga itu bertujuan untuk menciptakan usaha perbenihan yang berkelanjutan. “Mengingat ke depan akan menekankan pentingnya peningkatkan mutu dan akan ada wacana wajib ISO 9001: 2015 maka pendapatan yang diperoleh penangkar cukup untuk memastikan penerapan sistem manajemen mutu,” ujar Masrizal Batubara.

“Sebagai catatan dengan adanya ketidakpastian dalam pengadaan pemerintah mencatat adanya penurunan jumlah produsen resmi setiap tahunnya sebesar 20 %. Sehingga pemerintah tidak hanya memastikan ketersediaan benih namun juga keberlanjutan usaha pembibitan berbasis UMKM,” ujar Masrizal.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kembangkan Produk Hilir, Warga di Medan Bikin Aneka Sambal Cabai Berpadu Andaliman

Trubus.id–Warga Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara, Richard, berinovasi  membuat aneka sambal cabai dengan campuran andaliman. Sambal Gerilya atau nama...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img