Saturday, September 14, 2024

Bagian Pohon Kulim untuk Bumbu Masak dan Obat

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id — Kulim pohon serbaguna. Selain kayu yang berkualitas, bagian pohon kulim seperti kulit batang, buah, hingga daun juga kerap dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bumbu masakan dan obat.

Menurut Eka Novriyanti, peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional, dan Eko Sutrisno, pengendali ekosistem hutan di Balai Penerapan Standar dan Instrumen LHK Kuok, kulit batang kulim saat terkelupas akan mengeluarkan aroma seperti bawang. Aroma itu disebabkan oleh adanya kandungan senyawa aromatik yang disebut minyak esensial. Pantas masyarakat menyebut kulim sebagai kayu bawang dan memanfaatkan sebagai bumbu masak.

Selain kulit batang, masyarakat memanfaatkan buah kulim untuk bumbu masak. Keberadaan senyawa aromatik dalam buah memberikan rasa gurih pada masakan. Aroma bawang putih pada kulim karena kandungan senyawa aromatik metil tiometil sulfida.

Di beberapa wilayah Sumatra, buah kulim berfaedah sebagai obat tradisional untuk mengatasi masuk angin. Mereka memetik faedah kulim setelah melumatkan buah, kemudian membalurkannya di permukaan kulit perut.

Buah kulim juga menjadi salah satu makanan favorit mamalia di hutan. Minyak esensial dari kayu bawang belum banyak mendapatkan perhatian. Apalagi diekstrak untuk keperluan komersial.

Aroma bawang memang kurang menarik untuk bahan parfum, tetapi sangat potensial untuk berbagai manfaat lain seperti pengobatan tradisional. Selain buah dan kulit batang, masyarakat Kalimantan dan Sumatra mengolah daun kulim untuk sayuran.

Mereka juga memakai daun kulim sebagai obat diare dan obat cacingan. Daun dan buah kulim juga untuk mengobati penyakit diabetes melitus. Hasil penelitian Abe dan Yamauchi menunjukkan daun kulim mengandung metiltiometil dan flavonoid.

Senyawa metiltiometil itu ternyata berjalur polisulfida yang mirip dengan jenis bawang-bawangan yang berpotensi sebagai antikanker.

Hasil penelitian lainnya oleh Kubota mengungkapkan potensi antibakteri dan anticendawan dari kulim. Kemampuan itu karena adanya senyawa flavonoid, saponin, steroid, dan metiltiometil pada buah dan kulit batang kulim.

Adapun kayu kulim tergolong berkualitas sebagai bahan konstruksi bangunan karena kuat dan awet, termasuk kelas satu. Secara mikroskopis kayu kulim memiliki pori kayu yang kecil dan dipenuhi dengan zat ekstraktif. Kondisi itu menjadikan kulim sebagai kayu kuat dan awet.

Pemanfaatannya secara lestari merupakan upaya menjaga keseimbangan antara eksploitasi dan konservasi tumbuhan bermanfaat itu. Keberadaan kulim di alam membutuhkan perhatian. Harap mafhum, kini keberadaan kulim terancam kelangkaan.

Kelestariannya menjadi tanggung jawab bersama guna pemanfaatan lintas generasi untuk memanfaatkan potensi biofarmaka dan sebagai solusi pengobatan herbal. Kulim yang “membonceng” bawang putih masih banyak mengandung misteri yang harus diungkap.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Belantara Foundation Gelar Webinar Internasional Bertajuk Ekowisata Satwa Liar Berkelanjutan

Trubus.id–Belantara Foundation bekerja sama dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Prodi Biologi FMIPA, Prodi Pendidikan Biologi FKIP, dan Lembaga...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img