“Luar biasa, dengan ‘baju’ seperti itu, mangga Indonesia tampil eksklusif di pasar mancanegara,” katanya sambil menunjuk kotak kardus berkapasitas 3 kg dan 5 kg itu. Kreati. tas PT Masindo Mitra Mandiri mendesain kemasan menepis anggapan mangga nasional tampil apa adanya.
Pantas Arry mengagumi kemasan mangga yang dibuat eksportir di Tanjungbarat, Jakarta Selatan, itu. “Saya sudah mengunjungi dunia buah-buahan di Indonesia dari hulu hingga ke hilir. Yang ini betul-betul istimewa,” kata Kepala Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik (Lolittan Jehortis) Tlekung, Batu, itu. Lacakan Trubus ke berbagai pemain mangga pun menunjukkan hasil serupa. Pengemasan cukup seperti desain kardus mi instan.
Beberapa importir di Timur Tengah memang meminta mangga dikemas cantik dan kokoh. Alasannya, penampilan luar yang cantik dapat mendongkrak citra mangga di dalamnya. Contohnya arumanis. Salah satu mangga yang diekspor PT Masindo Mitra Mandiri itu kurang disukai karena berwarna hijau polos. Walau rasanya sulit ditandingi mangga mana pun, tetap saja masyarakat dunia menganggap arumanis mangga biasa.
Kemasan dibuat kokoh agar kerusakan akibat transportasi dapat ditekan hingga 0%. “Setelah dikemas sesuai keinginan importir dan mengirim sampel beberapa kali, akhirnya mereka mau menerima arumanis sejak setahun silam,” kata Musthofa Salim, presiden direktur PT Masindo Mitra Mandiri. Kini arumanis mulai dikenal masyarakat Timur Tengah dengan sebutan big manggo. Ia mulai disukai menyusul sukses gedong—mangga berwarna kuning agak krem—yang lebih dahulu akrab di lidah masyarakat gurun itu.
Lihat majalah
Menurut Musthofa Salim, membuat kemasan buah ekslusif bukan perkara gampang. “Di Indonesia sulit sekali menemukan literatur pascapanen buah. Apalagi soal pengemasan. Padahal itu yang dibutuhkan eksportir pemula,” katanya. Musthofa tak kehilangan akal. Ia mengintip cara mengemas buah dari majalah buah internasional yang kerap dibaca oleh importir buah langganannya. Cara itu ia modifi kasi sesuai dengan permintaan pembeli di luar negeri.
Prinsip pengemasan ala Mustofa sederhana. Ia membagi kotak kardus mangga menjadi 2: bagian bawah dan penutup. Lazimnya, kemasan dibuat menyatu. Agar mangga terlindung dari benturan, kardus dibuat berlapis sehingga tebal. Pada bagian bawah misalnya, kedua sisi panjang berlapis 2 sedangkan 2 sisi lebar selapis (lihat gambar…). Bagian penutup dibuat sebaliknya, kedua sisi panjang hanya selapis. Sisi lebar 2 lapis (lihat gambar…). Total jenderal, sisi-sisi kemasan berlapis 3.
Tak hanya cara pengemasan yang merepotkan Musthofa Salim. Seperti pemain mangga lain, ia pernah dihadapkan pada buah yang matang terlalu cepat. Maklum, banyak pekebun lokal memanen buah dengan tingkat kematangan 80—90%. Akibatnya, di perjalanan buah matang dan bonyok. Makanya ia memutuskan hanya menerima buah dengan tingkat kematangan 70% dari pemasok. Asumsinya buah diterima importir mancanegara dengan kematangan 80% sehingga masih bisa disimpan di gudang dan di pajang di toko.
Buah yang terpilih semuanya grade A. Cirinya, mangga berkulit mulus tanpa cacat. Ukuran buah besar, arumanis 2 kg berisi 4—5 buah atau setara 400—50 g per buah. Gedong 3 kg terdiri atas 12—15 buah, sekitar 200—250 g. Mangga yang lolos sortir dilap dengan kain bersih dan kering agar mengkilap, lalu dimasukan ke dalam foam net untuk menghindari benturan antarmangga di dalam kemasan. Di dalam kemasan, mangga di susun berdiri. Pangkal di atas dan ujung di bawah, sehingga menghemat tempat. Mangga pun siap terbang ke luar negeri. (Destika Cahyana)