Trubus.id — Petani-petani di Indonesia kini mulai mengebunkan selada eksklusif salanova dengan teknologi hidroponik. Salah seorang yang membudidayakan salanova yakni Alvin Daniel Ratulangi, pemilik Kebon Sajoer.
Kebon Sajoer membudidayakan dua jenis salanova, yaitu salanova telex dan salanova red butterhead. Alvin membudidayakan kedua salanova itu sejak Januari 2022 di Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
“Produk terbaru itu langsung digemari pelanggan,” kataAlvin.
Ia menanam salanova menggunakan teknik hidroponik sistem nutrient film technique (NFT).Di farm seluas 90 m2 itu Alvin menanam salanova di 1.000 lubang tanam berisi benih salanova. Alvin memperoleh benih salanova dari Australia melalui seorang kolega di Surakarta, Jawa Tengah.
Kapasitas produksi salanova Kebon Sajoer baru 40–50 tanaman per musim tanam. Meski begitu, permintaan masih tetap tinggi karena salanova selalu habis terjual. Alvin memasarkan produk salanova ke perumahan di Gading Serpong dan sekitarnya serta melalui lokapasar (marketplace).
Selain Alvin, produsen lain selada salanova adalah Udi. Petani hidroponik di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, itu mengembangkan salanova berjenis butterhead dan oakleaf. Setiap jenis terdiri atas dua warna, yaitu hijau dan merah.
Total ada 4 jenis salanova di kebun Udi. Pemilik dan pebisnis sayuran hidroponik bernama Thank God I Farm (TGIF), juga mendatangkan benih salanova dari New York, Amerika Serikat.
Melalui teman yang tinggal di Negeri Paman Sam itu, Udi menitipkan 1.500 benih setiap jenis tanaman. Total jenderal ada 6.000 benih sekali pengiriman. Ia menanam keempat jenis salanova di 400 lubang tanam.
Pada awal budidaya, Udi menggunakan sistem rakit apung berisi 200 lubang tanam. Selanjutnya, ia beralih menggunakan sistem NFT pada awal 2022. Udi memanen 2.000–2.500 salanova pada 35–38 hari setelah tanam. Satu tanaman berbobot 120–130 gram.
Udi menjual hasil panen ke restoran dan hotel di Jakarta dan sekitarnya. Pengiriman tertinggi mencapai 10 kilogram untuk tiap jenis. Ia mengemas salanova dengan plastik transparan. Bobot setiap kemasan hanya 250 gram.
Harga jual salanova berkisar Rp17.000 per 250 gram. Harga itu berlaku untuk keempat jenis salanova. Udi mengatakan, di suhu kamar, salanova mampu bertahan 14 hari. Sejatinya, membudidayakan salanova relatif sulit.
Kendala yang umum dirasakan petani salanova adalah minimnya benih di Indonesia. Namun, peluang pasar salanova sangat terbuka lebar. Terlebih, ditunjang dengan peminatnya yang tergolong tinggi. Selain banyak konsumen yang suka, harga jual selada salanova cukup bersaing dibanding selada jenis lainnya.