Trubus.id-Belantara Foundation bersama APP Japan Ltd. (APPJ) mengikuti Pameran SDGs Week–EcoPro 2024 yang diselenggarakan di Tokyo Big Sight (Tokyo International Exhibition Center), Jepang pada 4-6 Desember 2024.
Keikutsertaan Belantara Foundation itu turut mempromosikan Forest Restoration Project: SDGs Together, program pemulihan hutan yang digagas bersama APPJ pada 2020.
Tujuan lain mengajak mitra-mitra bisnis APPJ lebih luas untuk mendukung dan berkontribusi dalam kegiatan penanaman spesies pohon asli, untuk memperbaiki kualitas hutan tropis Indonesia, khususnya di Provinsi Riau.
Dalam implementasinya, Belantara Foundation menggandeng Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan Sultan Syarif Hasyim (KTH SSH) serta pemangku kepentingan lainnya.
Secara bersama-sama merestorasi lahan terdegradasi yang ada di kawasan Tahura SSH melalui pendekatan agroforestri, agar kelak masyarakat sekitar hutan dapat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan dari pohon-pohon yang ada.
Program yang telah berjalan sejak empat tahun silam itu berfokus pada kegiatan pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan pohon, serta perlindungan kawasan untuk mencegah meluasnya kegiatan-kegiatan ilegal di kawasan hutan konservasi.
Dalam empat tahun terakhir, Belantara bersama mitra telah menanam dan memelihara bibit sebanyak 43.901 pohon pada lahan seluas 94 ha.
Kegiatan lainnya yaitu memasang papan nama program, membangun rumah pembibitan dan pondok kerja, melakukan patroli kawasan hutan, memberikan peningkatan kapasitas bagi masyarakat, serta melakukan monitoring dan evaluasi.
Hingga saat ini, setidaknya terdapat 32 jenis pohon yang telah ditanam, di antaranya adalah ramin (Gonystylus bancanus) dan balam (Palaquium burckii) yang masuk ke dalam status kategori kritis/Critically Endangered (CR)
Pohon lain yakni merawan (Hopea mengarawan) dan balangeran (Shorea balangeran) masuk ke dalam kategori rentan/Vulnerable (VU), serta meranti bunga (Shorea leprosula) yang termasuk ke dalam kategori hampir terancam punah/Near Threatened (NT) menurut daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna menuturkan bahwa restorasi ekosistem merupakan salah satu isu global yang penting saat ini. Sidang Majelis Umum PBB telah mendeklarasikan The UN Decade on Ecosystem Restoration untuk menyinergikan upaya restorasi ekosistem secara masif pada ekosistem yang terdegradasi pada periode 2021-2030.
Ia menuturkan restorasi ekosistem dianggap sebagai salah satu langkah penting dan efektif untuk memitigasi perubahan iklim serta meningkatkan ketahanan pangan, menjaga suplai air, dan melindungi keanekaragaman hayati.
“Sesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu no one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan menggandeng sektor swasta dari Jepang untuk mendukung gerakan pemulihan hutan terdegradasi di Pulau Sumatra khususnya di Provinsi Riau,” tegas Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.
Pada kesempatan yang sama, Representative Director APPJ, Tan Ui Sian mengatakan bahwa pihaknya akan lebih gencar mengajak multi-stakeholders di Jepang untuk berpartisipasi aktif serta mendukung program Forest Restoration Project: SDGs Together, salah satunya melalui Pameran SDGs Week-Ecopro 2024 itu.
Hingga saat ini, program tersebut berfokus untuk mendukung SDGs ke 12 yaitu memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.
Target SDGs ke 15 yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem serta target SDGs ke 17 yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
“Kerja sama yang baik dengan KPHP Minas Tahura telah memasuki tahap ke-4. Bagi kami kerja sama ini telah memberikan nilai tambah lebih besar untuk mengembangkan program dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di Jepang. Kami berharap dapat mengajak multi-stakeholders dari mancanegara lebih luas lagi untuk mendukung program Forest Restoration Project: SDGs Together,” ujar Tan.
Sementara itu, Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan, S.Sos., M.Si., menuturkan bahwa kawasan Tahura SSH merupakan kawasan konservasi alam yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999. Tahura SSH memiliki luas lebih dari 6.000 hektare.
“Kami terus menjaga dan memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH melalui program perlindungan dan restorasi hutan. Upaya ini tentunya tidak bisa kami lakukan sendiri, namun perlu adanya sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak,” ujarnya.
Ia mencontohkan pada pertengahan 2022 lalu bersama Belantara Foundation dan sektor swasta Jepang menjalankan program Forest Restoration Project: SDGs Together.
Program itu bertujuan untuk memulihkan kawasan Tahura SSH yang terdegradasi agar dapat berkontribusi pada upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau, yang sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dalam bentuk hasil hutan bukan kayu.