Trubus.id — Berawal dari kesulitan mengatasi permasalahan budidaya, terbentuklah Komunitas Petani Buah Naga Banyuwangi (Panaba). Pasalnya, banyak petani buah naga yang kerap gagal panen karena penyakit cacar menyerang tanaman secara masif.
Salah seorang petani membentuk grup Facebook dengan tujuan berbagi informasi seputar budidaya buah naga. Grup tersebut disambut antusias oleh petani yang bergabung. Berawal dari diskusi ringan di media sosial itu, beberapa masalah budidaya terselesaikan. Dari situlah diputuskan membuat komunitas.
Menurut Edy Purwoko, ketua komunitas Panaba, awalnya grup di platform Facebook beranggotakan ribuan orang. Selanjutnya, dilakukan perampingan keanggotaan dengan mensyaratkan hanya petani buah naga yang tinggal di Banyuwangi yang dapat menjadi anggota Panaba.
Sejak perampingan anggota, yang benar-benar bisa diajak sekitar 200 anggota dari sebelumnya ribuan. Anggota Panaba tersebar di seluruh Banyuwangi, tidak hanya satu wilayah kecamatan atau desa.
“Kami ingin yang bergabung hanya orang yang bertani buah naga yang ingin maju,” kata petani buah naga di Dusun Tambakrejo, Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, itu.
Selain diskusi daring yang dilakukan setiap hari, Panaba juga menjadwalkan pertemuan luring enam bulan sekali. Pertemuan biasanya diadakan pada awal musim (September–Februari) menandai dimulainya penggunaan lampu.
Selain petani, Panaba juga beranggotakan para pedagang yang menyuplai informasi pasar. Salah satu terobosan yang dilakukan Panaba adalah penggunaan lampu untuk mengatur jadwal panen.
Semula, produksi buah naga mencapai puncak pada musim panen November–Maret. Selain periode itu, tidak berbuah (off season). Pada puncak musim panen suplai melimpah sehingga harga di tingkat petani turun drastis.
Sebaliknya, saat off season harga justru naik daripada harga normal. Biasanya, saat Imlek dan awal puasa harga di tingkat petani melambung. Edi menuturkan, walaupun terkadang Rp7.000 per kg, saat Imlek mencapai Rp10.000 per kg atau lebih.
Penggunaan lampu mulai digagas anggota Panaba pada 2013. Lampu yang dinyalakan pada pukul 18:00–05:00 WIB merangsang pembungaan sehingga petani dapat panen sepanjang tahun.
Setelah menerapkan terobosan itu, buah naga menghasilkan rata-rata 26 ton per hektare setahun dari sebelumnya hanya sekitar 14 ton per hektare setahun.