Trubus.id— Semula enggan menanam melon, kini Sutego malah ketagihan memperluas kebun melon. “Target pribadi menambah kebun melon seluas 1⁄4—1⁄2 hektare setiap tahun. Alasannya prospek bisnis melon masih bagus sehingga berani menambah lahan,” kata Sutego.
Saat ini warga Desa Tugu Jaya, Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatra Selatan, itu memiliki kebun melon seluas 1 hektare (ha). Kebun itu bukan berupa hamparan, tetapi tersebar di 2 titik.
Awalnya ia hanya membudidayakan sekitar 700 tanaman melon untuk percobaan. Kini Sutego menanam ribuan melon setiap musim tanam. Terdapat 6.200 tanaman melon di kebun Sutego seluas 1⁄2 ha saat Trubus berkunjung pada Oktober 2023. Ia menargetkan kebun itu menghasilkan sekitar 20 ton melon pada November 2023.
Menguntungkan
Target panen relatif besar karena Sutego membuahkan lebih dari 1 melon per tanaman. Jika panen sesuai harapan dan harga melon Rp5.000 per kilogram (kg), maka Sutego mengantongi omzet Rp100 juta.

Biaya produksi minimal Rp8.000 per tanaman sehingga ia mendapatkan laba Rp50,4 juta setelah pemeliharaan melon sekitar 3 bulan. Artinya pendapatan bulanan Sutego sekitar Rp16,8 juta.
Penghasilan itu hampir 5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan upah minimum kabupaten (UMK) OKI yang hanya Rp3,4 juta. Besarnya cuan perniagaan melon itulah yang mendorong Sutego memperluas kebun.
Selain menguntungkan, budidaya tanaman anggota famili Cucurbitaceae itu juga relatif cepat. “Sekitar 2 bulan langsung panen saat tanaman berumur 60—65 hari setelah tanam,” kata Ketua Kelompok Tani Melon Makmur Tugu Jaya itu.
Penanaman melon juga membuka lapangan pekerjaan di Desa Tugu Jaya. Setidaknya ada 2—3 orang yang merawat lahan seluas 1⁄2 ha. Budidaya melon juga relatif mudah dan simpel karena hanya sekali pengolahan lahan, tetapi bisa untuk 3—4 kali penanaman.
Alasan lain Sutego menanam melon yakni, “Harga melon pasti Rp6.000—Rp8.000 per kg. Jika pertumbuhan tanaman maksimal, pasti dapat untung,” kata petani melon sejak 2019 itu.
Sejatinya harga itu bukan jaminan pasti. Harga terendah melon yang dialami Sutego yakni Rp3.500 per kg saat pandemi korona. Hitungan Sutego dengan harga itu petani masih bisa memperoleh untung. Apalagi kondisi normal dan pertumbuhan tanaman maksimal. Keuntungan pun di depan mata.
“Kalau cabai sekali berharga mahal memang tidak ada lawan. Namun kita tidak mengetahui kapan harga cabai naik dan turun. Sementara harga melon standar, tetapi pasti,” tutur pria berumur 40 tahun itu.

Tentu kehadiran pengepul melon di Desa Tugu Jaya, Imannudin, menjadi faktor penting berkembangnya penanaman melon di sana. Semula Sutego masih ragu menanam melon karena tingkat penjualan Imannudin masih rendah.
Setelah pengepul berhasil menembus pasar, barulah Sutego berladang melon. Dengan semua kelebihan itu lebih banyak warga Desa Tugu Jaya yang menanam tanaman kerabat peria itu.
Kontribusi BRI
Kini ada sekitar 25 anggota Kelompok Tani Melon Makmur Tugu Jaya. Sebelumnya hanya sekitar 5 orang yang bertani melon. Total keseluruhan kebun melon di Desa Tugu Jaya dan sekitarnya mencapai 16 ha.
Kapasitas produksi kelompok sekitar 100 ton per bulan. Adapun saat Ramadan kelompok tani yang berdiri pada 2022 itu memproduksi 300—400 ton melon. Semua hasil panen itu ludes terjual. Sebetulnya permintaan melon jauh lebih besar.
Jika Sutego dan tim memproduksi 200 ton melon saban bulan pun pasti terserap pasar. Yang membanggakan sekitar 70% dari hasil panen tergolong grade A karena berbobot sekitar 2 kg dan berpenampilan mulus.
Penjualan hasil panen ke berbagai daerah seperti Palembang, Provinsi Sumatra Selatan, Jambi (Provinsi Jambi), Bandung (Provinsi Jawa Barat), dan Surabaya (Provinsi Jawa Timur). Kualitas melon yang prima itu berkat perawatan intensif.
“Kunci sukses tanam melon harus tekun, telaten, dan fokus. Kita pahami keinginan tanaman itu. Benih juga harus berkualitas,” kata Sutego.
Pengembangan kebun melon di Desa Tugu Jaya juga tidak terlepas dari kontribusi BRI. Sejak pembentukan kelompok tani hingga kini, bank yang berdiri pada 16 Desember 1895 itu berupaya maksimal memberikan dukungan kepada petani melon.
Sutego dan beberapa anggota Kelompok Tani Melon Makmur Tugu Jaya memanfaatkan salah satu produk BRI yakni Kupedes BRI. Kupedes BRI salah satu produk pinjaman yang ditawarkan oleh BRI yang dapat digunakan untuk menambah modal kerja atau investasi.
Kupedes BRI merupakan kredit dengan bunga bersaing yang bersifat umum untuk semua sektor ekonomi. Program itu ditujukan kepada individual (badan usaha maupun perorangan) yang memenuhi persyaratan dan dilayani di seluruh BRI Unit.
“Modal itu sangat membantu perkembangan usaha saya,” kata Sutego mewakili para petani melon. Peran BRI tidak hanya meminjamkan modal kerja. BRI juga memberikan bantuan sarana dan prasarana pertanian (saprotan).
Lebih efisien
Kelompok Tani Melon Makmur Tugu Jaya mendapatkan 1 pompa air, 1 mesin kultivator, 20 alat penyemprot (sprayer) elektrik, dan 20 gulung mulsa. Semua saprotan itu sangat berguna bagi anggota kelompok sehingga pekerjaan mereka lebih efektif dan efisien.

Menurut Sutego pengadukan pupuk dalam guludan hanya setengah hari di kebun seluas 1⁄4 ha menggunakan mesin kultivator. Sebelumnya setiap petani mempekerjakan 4—5 orang selama 10—15 hari untuk melakukan aktivitas serupa.
Alat penyemprot elektrik juga sangat bermanfaat lantaran hanya memerlukan 2 jam untuk menyemprot tanaman di lahan 1⁄4 ha. “Memakai pompa manual, penyemprotan selama 4 jam di lahan sama dan melelahkan,” kata alumnus Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pembangunan Tugu Mulyo itu.
Kelompok Tani Melon Makmur Tugu Jaya sangat senang dan bersyukur dengan kehadiran saprotan bantuan BRI itu. Kesuksesan Kelompok Tani Melon Makmur Tugu Jaya menanam melon tidak terjadi semalam.
Serangan hama dan penyakit yang tidak ditangani segera berpotensi mengurangi atau menggagalkan panen. Namun keuntungan menunggu jika kendala teratasi. Berkat kerja keras dan kerja sama dengan BRI, Kelompok Tani Melon Makmur Tugu Jaya dapat menikmati laba berkebun melon. (Trubus/Riefza Vebriansyah)