Trubus.id — Lazimnya, lumut identik dengan dataran tinggi. Harap mafhum lumut menyukai daerah berkelembapan relatif tinggi. Namun, bagaimana jika lumut dibudidayakan di wilayah yang cenderung panas seperti Jakarta? Berikut ini cara dan pengalaman Yudhistira, S.Ked., M.M., yang berhasil membudidayakan lumut di Jakarta.
Yudhistira menyiasati paparan panas dengan memasang paranet 60 persen dan memakai perlakuan pengabutan (misting) secara berkala. Kelembapan udara tempat budidaya sekitar 60 persen, sedangkan kelembapan media tanam sekitar 80 persen.
Media tanam yang digunakan berupa sphagnum moss kering berwarna cokelat dan peat moss berwujud serasah hasil pembusukan sphagnum moss. Pilihan lainnya serbuk sabut kelapa (cocopeat).
Ia menyarankan untuk membilas serbuk sabut kelapa sebanyak 3 kali sebelum digunakan untuk mengurangi garam dan tanin penyebab sphagnum moss membusuk. Media tanam bisa juga menggunakan bebatuan seperti pumice, akadama, dan kanuma yang lazim dipakai pehobi bonsai.
Akadama dalam bahasa Jepang bermakna bola merah, yakni jenis media tanam dari tanah vulkanik yang kaya nutrisi. Kanuma jenis media yang ringan, menyimpan air, dan memberikan sirkulasi udara pada akar tanaman.
Yudhistira memakai air dengan total dissolved solids (TDS) rendah untuk melembapkan media tanam. TDS maksimal 200. Lebih dari itu lumut gosong. Makin rendah TDS, semakin bagus pertumbuhan lumut.
Contoh air dengan TDS rendah adalah air hujan, air bekas pendingin ruangan, dan air reverse osmosis (RO).
“Air harus murni serta tidak mengandung banyak garam dan kotoran,” tuturnya.
Yudhis memulai budidaya dengan mengisi nampan atau wadah lain dengan air hingga penuh. Lalu ia memasukkan media tanam hingga basah dan air tidak tergenang. Setelah itu, cabut 80–100 gram lumut dari wadah lainnya dan pindahkan ke media tanam yang sudah disiapkan.
Pastikan media tanam tidak kering agar pertumbuhan lumut maksimal, terutama saat kemarau. Adapun saat musim hujan media tanam cenderung lembap. Perawatan lainnya yakni pemupukan.
Yudhis menggunakan pupuk anggrek organik berbahan dasar rumput laut. Ia hanya memakai dosis ¼ dari anjuran. Misal dosis anjuran 1 ml pupuk per 1–2 liter air, Yudhis hanya menggunakan 0,25 ml pupuk anggrek.
Pemupukan memakai alat penyemprot dengan butiran halus. Frekuensi pemupukan sebulan sekali. Cara lain pemupukan menggunakan serasah daun. Gunting serasah daun hingga kecil kemudian taburkan di atas lumut.
“Lumut menyukai serasah daun kering. Sifatnya organik jadi tidak merusak,” kata Yudhis.
Lumut siap panen 3 bulan setelah penanaman saat musim hujan. Adapun saat kemarau masa budidaya lebih lama mencapai 5 bulan. Tanda siap panen lainnya yakni jika lumut memenuhi pot.
Cara panen cukup cabut lumut sesuai keperluan. Yudhis menggunakan lumut hasil panen untuk media tanam tanaman karnivora seperti kantong semar. Sebagian lainnya dijual. Ia mengemas lumut menggunakan plastik klip atau wadah plastik. Harga jual 10 gram lumut Rp20.000. Yudhis memanen sekitar 1,5 kilogram lumut per pekan saat musim hujan.