Trubus.id— Global Cancer Observatory mencatat pada 2020 terdapat 474.519 kasus baru leukemia. Sementara itu jumlah kematian akibat kanker leukemia di seluruh dunia mencapai dan 311.594 orang.
Menurut laporan lembaga itu kasus leukemia terbanyak ditemukan di negara-negara Asia. Mengonsumsi daun jati belanda salah satu upaya mengatasi kanker darah—sebutan populer leukemia—itu.
Daun tanaman anggota famili Sterculiaceae itu terbukti secara ilmiah ampuh melawan sel kanker leukemia L1210. Itulah hasil penelitian Dr. Hendig Winarno, M.Sc. dari Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi, Organisasi Riset Tenaga Nuklir, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Hendig Winarno memulai riset dengan mengeringkan daun jati belanda di ruangan bersuhu 24ºC selama 14 hari. Daun jati belanda berasal dari Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Rempah, Obat, dan Aromatik (BPSI TROA).
Lalu Hendig membuat daun kering menjadi serbuk dan mengukur kadar air dan mengekstraksinya. Doktor Kimia Farmasi alumnus Fukuyama University, Jepang, itu menguji aktivitas sitotoksis masing-masing ekstrak terhadap sel kanker leukemia L1210.
Hasilnya ekstrak etil asetat paling efektif melawan sel kanker leukemia L1210. Ekstrak daun jati belanda memiliki sifat toksik terhadap sel kanker dengan nilai IC₅₀ sebesar 6,23 μg/ml dan fraksi etil asetat sebesar 2,67 μg/ml.
Tanaman obat bisa dikategorikan sebagai obat kanker jika memiliki IC₅₀ kurang dari 20 μg/ml. IC₅₀ (inhibition concentration) merupakan konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat separuh atau 50% radikal bebas Difenilpikrilhidrazil (DPPH).
Makin kecil nilai IC₅₀ menunjukkan antioksidan itu kian kuat dalam menangkal radikal bebas. Dengan kata lain dikatakan senyawa itu memiliki aktivitas antioksidan yang kian kuat. Dalam riset itu,
“Senyawa yang bersifat toksik secara umum golongan polifenol,” tutur Hendig. Sejatinya sel kanker leukemia L1210 pada riset itu masih bersifat umum. “Hanya namanya yang kebetulan ada leukemianya,” kata Hendig.
Riset secara in vitro di laboratorium pada 2020, Hendig menggunakan sel spesifik kanker leukemia pada manusia. Hasilnya daun jati belanda juga ampuh melawan kegananasan sel leukemia pada manusia.
“Hasilnya memang bagus. Namun, ini masih dini. Butuh proses lagi yang masih panjang hingga daun jati belanda diterima di dunia farmakologi sebagai antikanker leukemia,” kata Hendig.
Proses itu antara lain uji pada binatang hidup seperti tikus serta kepada manusia hidup dan terkena leukemia. Bagaimana duduk perkara daun jati belanda mengatasi kanker darah?
Sebagian besar tanaman obat seperti daun jati belanda memiliki senyawa fenol yang disebut flavonoid. Senyawa itu terbukti berkhasiat sebagai antikanker karena bersifat antioksidan sehingga mengikat radikal bebas dan berinteraksi dengan protein.
Mekanisme reaksi flavonoid memanfaatkan adenosina trifosfat (ATP) sebagai donor fosfat yang dikatalis dengan protein kinase sehingga mengubah struktur kromosom pada deoxyribonucleic acid (DNA) atau asam deoksiribonukleat.
Dampaknya pertumbuhan sel kanker lebih lambat. Flavonoid juga berperan sebagai antikanker karena struktur dan reaktivitas senyawa itu yang bersifat sebagai antioksidan.
Flavonoid memodulasi estrogen dan menginduksi respons antiproliferasi secara keseluruhan dengan cara menginduksi apoptosis dan menangkap siklus sel. Pemanfaatan daun jati belanda sebagai antikanker leukemia merupakan hal baru.
Temuan riset itu menjadi pilihan bagi penderita untuk membantu mengatasi leukemia. Selama ini daun jati belanda (Guazuma ulmifolia) tersohor sebagai pelangsing tubuh. Sejak zaman nenek moyang hingga kini masyarakat memanfaatkannya untuk menekan bobot tubuh.
