Seleksi, penyimpanan, dan pengemasan yang baik strategi menjaga mutu benih.

Musim hujan momok bagi pekebun tomat. “Saat musim hujan tomat rentan terserang layu bakteri,” ujar pekebun di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat, Syahid. Tomat yang terserang layu bakteri daun mudanya tampak layu. Lama-kelamaan daun tanaman anggota famili Solanaceae itu membusuk dan menjalar ke seluruh tanaman. Produsen benih menjawab kekhawatiran Syahid dan rekan-rekannya sesama petani.
Produsen benih PT East West Seed Indonesia (Ewindo) di Purwakarta, Jawa Barat, melepas varietas marta. Sementara PT Clause Indonesia memperkenalkan varietas kani. PT Pupuk Kujang merilis tomat hortus varietas TO310. Selain tahan serangan layu bakteri, benih-benih itu juga produktif. Benih tomat TO310, misalnya, memiliki potensi hasil mencapai 40 ton per ha dan adaptif di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Berkualitas

Umur panen tomat TO310 juga tergolong pendek 76—78 hari setelah tanam (hst). Menurut bagian perencanaan dan pemasaran PT Pupuk Kujang, Nur Syahriyah, TO310 salah satu andalan perusahaannya. Keunggulannya, “Benih memiliki daya kecambah 95% dan tingkat kemurnian 97—98%,” ujar Syahriyah.
Untuk mempertahankan kualitas benih itu, Pupuk Kujang menangani benih secara ekstra. Produsen itu menyimpan benih dalam gudang khusus bersuhu 22—25% dan kelembapan 50—60%. Maklum benih mudah rusak oleh penyimpanan serampangan. Perusahaan itu menyimpan benih varietas berbeda secara terpisah di tempat berbeda.
Penyimpanan terpisah itu juga mencegah pencampuran benih dengan produk lainnya. Ewindo dan PT Clause Indonesia menempuh cara serupa dalam penanganan benih. Menurut Dita Fitriarini, bagian analisis pasar Ewindo, penyimpanan benih di gudang khusus sesuai dengan grup jenis tanaman. “Ruang penyimpanan diatur dengan suhu dan kelembapan rendah untuk mencegah impermeabilitas,” jelasnya.
Dita menjelaskan proses lahirnya benih berkualitas itu dimulai dari proses pemuliaan varietas baru oleh para penangkar. Proses itu menghasilkan varietas produktif, tahan penyakit, adaptif lingkungan sekitar, dan sesuai permintaan pasar. Para produsen kemudian mengemas benih sesuai standar yang telah ditetapkan oleh quality assurance.

Eko Hadi Afandi national sales manager PT Clause Indonesia menjelaskan untuk menghasilkan benih berkualitas pertama kali yang dilakukan Clause menggali informasi apa yang diinginkan terhadap produk berkaitan ketahanan penyakit dan kualitas produk. Informasi itu digali dari petani, pedagang, konsumen akhir dan pihak terkait. Lalu departemen riset menciptakan varietas sesuai keinginan pasar. Selanjutnya benih diproduksi dengan standar ketat.
Sebelum benih masuk gudang komersial harus lolos dari quality control berkaitan standar germinasi, keseragaman benih, minimal campuran benih lain, dan tingkat kadar air. Kemudian benih disimpan di tempat penyimpanan dengan suhu 17°C dan kelembapan sekitar 50%. “Benih yang dihasilkan memiliki germinasi minimal 85%, kemurnian 99%, dan kadar air benih 7%,” jelasnya. Agar kualitas tetap terjaga ia mengemas menggunakan aluminium foil. Dengan penyimpanan yang baik, benih ukuran kecil dapat bertahan selama 10 tahun sedangkan benih ukuran besar selama 5 tahun.
Produsen benih berkapasitas 10 ton itu juga melakukan tes germinasi rutin setiap 3 bulan sekali terhadap semua barang komersial. Tes germinasi dilakukan terhadap semua produk di gudang dan secara acak pada produk yang sudah beredar di pasaran. Untuk memproduksi sebuah benih rata-rata Clause membutuhkan waktu satu tahun. Kecuali keluarga kubis – kubisan yang butuh waktu 2 tahun sebelum dapat dipasarkan.
Pelapisan
Untuk melindungi benih dari serangan cendawan serta mempertahankan daya perkecambahan, Ewindo menambahkan lapisan pelindung (coating) terhadap benih tomat, cabai, jagung, peria, dan mentimun. Sementara Clause memberi perlakuan coating pada benih kubis sharira, bunga kol bima 45, brokoli ludy, paprika samshon.
Lapisan itu terbukti efektif menjaga daya perkecambahan benih sebagaimana hasil penelitian Maryati Sari, Eny Widajati, dan Pitri Ratna Asih dari Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor.Mereka melapisi benih kacang tanah varietas kelinci. Setiap benih yang telah diberi lapisan dikemas dalam plastik polipropilen.

Lalu periset menyimpannya pada rak penyimpanan di ruang bersuhu 27—29°C dan kelembapan 66—83% selama 16 pekan. Peneliti menguji daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh. Hasilnya benih dengan perlakuan lapisan memiliki daya berkecambah dan indeks vigor lebih baik dibanding dengan benih kupas tanpa lapisan. Pada pekan ke-16 perlakuan pelapisan memiliki daya berkecambah 88% dan indeks vigor 13,3%. Bandingkan dengan benih kupas tanpa lapisan yang memiliki daya berkecambah 85,3% dan indeks vigor 5,3%. Maryati menjabarkan fungisida benomil sangat ideal untuk perlakuan benih.
Agar tidak terlalu lama menumpuk di gudang, produsen segera mengemas benih dan mendistribusikannya. Syahriah menjelaskan bahwa di Pupuk Kujang, “Masa simpan di gudang biasanya kurang dari satu bulan.” Pengemasan pun tetap diperhatikan. Pengemasan yang buruk menyebabkan tumbuhnya cendawan. Akibatnya daya tumbuh benih berkurang.
Ewindo pun memastikan kemasan benih harus tersegel baik agar tidak terjadi kebocoran. “Bahan kemasan juga harus mencegah impermeabilitas air maupun udara,” jelas Dita.
Selain itu hindari penyimpanan di suhu tinggi dan terkena paparan sinar matahari langsung. Upaya Ewindo menjaga kemurnian benih mendapat penjagaan kualitas dari Quality Assurance yang sudah terakreditasi ISTA IDML200 dan sertifikasi ISO 9001. Ewindo juga menjaga kualitas prosesing benih hingga ke pengemasan, serta memastikan setiap kemasan produk lulus uji quality assurance. (Desi Sayyidati Rahimah)