Trubus.id—Minyak nilam salah satu komoditas yang sangat penting dalam industri minyak asiri dan terus diminati. Salah satu daerah penghasil minyak nilam yakni Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Industri minyak nilam berkembang di Aceh sejak 2015. Ketua Atsiri Research Center (ARC), Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI-PT) Nilam Aceh, Universitas Syiah Kuala, Dr. Syaifullah Muhammad, mengatakan, dahulu tersisa 4 kabupaten yang menanam nilam.
Kini ada 17 kabupaten yang membudidayakan tanaman anggota famili Lamiaceae itu. Menurut Syaifullah untuk mengembalikan kejayaan nilam perlu penanaman 3.000-4.000 ha.
la menganjurkan petani menanam nilam demi menjadi penghasil nilam dunia. Perluasan kebun nilam itu pun meningkatkan kapasitas produksi nilam di Aceh menjadi 350 ton per tahun, semula 150 ton per tahun.
Menurut Syaifullah saat ini beberapa desa di NAD tidak hanya menghasilkan minyak nilam mentah. Masyarakat desa membuat produk turunan minyak nilam seperti parfum, sabun, dan penyanitasi tangan (hand sanitizer).
Pada masa mendatang kemungkinan 80% minyak nilam aceh untuk pasar ekspor, sedangkan 20% untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Ada sekitar 30 UMKM baru yang sekarang berbisnis produk turunan nilam. Tentu nilai dari produk turunan itu menjadi daya dorong untuk ekonomi lokal,” kata Syaifullah.
Apalagi nilai ekonomi produk turunan minya nilam 500-700% lebih tinggi daripada penjualan minyak nilam mentah. Harap mafhum satu botol parfum hanya memerlukan 1 ml minyak nilam.
Minyak nilam merupakan bahan dasar dari sebagian besar parfum yang beredar di pasaran karena bersifatnya fixative. Artinya minyak nilam mengurangi kecepatan evaporasi dari molekul lain dalam parfum sehingga bisa memperpanjang durasi parfum.
Adanya produk turunan dan terserapnya sekitar 20% minyak nilam untuk pasar lokal itulah yang membuat industri nilam di NAD bergairah.
