Trubus.id—Getah jernang merupakan salah satu produk Hasil Hutan Bukan Kayu bernilai cukup tinggi sebagai komoditas ekspor.
Getah jernang memiliki nama yang beragam antara lain Limbayung (Sumatra Barat), Jernang Mundai, Jernang Beruang. Jernang Kuku, Jernang Huar, Jernang Seronang, Jernang Uhan (Kalimantan), Getih Badak (Banten), dan Getih Warok (Jawa).
Meski berasal dari tanah air, getah jernang (Daemonorops sp) malah sohor di negeri Tiongkok yang menempatkan herbal sama tinggi dengan ilmu medis. Beberapa jenis obat asal Tiongkok yang beredar di tanahair mengandung getah jernang.
Getah buah kerabat rotan itu memang multikhasiat seperti menghentikan pendarahan, mempercepat penyembuhan luka, sampai menghambat kanker lantaran bersifat antioksidan kuat.
Namun, hanya produsen yang mampu menjaga mutu yang akan memperoleh harga tertinggi. Darah naga atau getah jernang berkualitas tinggi berasal dari buah matang sempurna, 11 bulan sejak fruitset alias pembentukan buah.
Itu berarti, produsen tidak sembarang memetik buah untuk memperoleh getah. Buah mesti menjelang matang alias berumur 8—9 bulan. Pada buah terlalu muda, kadar getah belum maksimal. Sebaliknya, pada buah yang terlalu tua, kandungan getah menyusut.
Untuk memeroleh getah termahal itu, produsen memisahkan getah dari buah jernang. Di Jambi, pencari jernang umumnya berasal dari etnis Melayu Jambi dan etnis Kubu, mereka berjuluk suku Anak Dalam. Kedua etnis itu melakukan ekstraksi.
Untuk memetik tandan, pencari jernang menggunakan penyuluk atau galah panjang berujung pengait. Panjang penyuluk menyesuaikan ketinggian tandan jernang yang tumbuh memanjat hingga 20 meter.
Pencari lantas mengumpulkan tandan buah jernang dalam tapan atau keranjang rotan yang mereka bawa di pinggang. Keranjang rotan memungkinkan sirkulasi udara berjalan baik sehingga tandan jernang sudah kering angin saat pencari jernang bermalam.
Keesokan hari, para pencari itu kembali ke rumah dan memetik buah jernang seukuran bola pingpong dari tandan. Mereka lalu mengumpulkan buah dalam ambung—keranjang rotan yang lebih kecil daripada tapan.
Ketika mereka mengguncang-guncangkan ambung sambil sesekali menumbuk, perlahan-lahan getah kemerahan menetes keluar dari selasela ambung.
Selain ekstraksi kering, secara tradisional sebetulnya ada cara lain memperoleh getah, yakni ekstraksi basah. Hasil dengan ekstrak basah memungkinkan memeroleh rendemen lebih tinggi ketimbang cara kering, masing-masing 9,2—9,52%. Berikut cara olah jernang,
Cara basah
- Pisahkan buah dari tandan, rendam dalam pelarut metanol, heksana, atau benzene.
- Diamkan 2—3 hari sampai pelarut menguap. Jika ingin menggunakan pelarut kembali, tutup rapat wadah dan diamkan dalam waktu sama.
- Pisahkan serbuk dari ampas biji dan kulit. Atau, pisahkan pelarut dengan sentrifus dan penyaringan. Suling pelarut agar kembali murni.
Cara kering (etnis Kubu dan Melayu Jambi)
- Pisahkan buah dari tandan, tempatkan dalam ambung
- Goncangkan ambung sampai serbuk keluar. Etnis Kubu kadang menumbuk ambung perlahan sehingga serbuk lebih banyak.
- Serbuk dikemas, siap jual