Sukses Abdullah bukan datang dari langit. Ia mengubah cara menabur pupuk sistem tebar dengan cara gledur. Maklum, cara lama tak efi sien. Satu hektar lahan membutuhkan 300 kg Urea, 150 kg TSP, dan 100 kg KCl. Yang diserap tanaman paling hanya 30—50%.
Misal Urea, dari 300 kg yang ditebar hanya 90—150 kg yang masuk ke dalam tanah dan diserap padi. Sisanya diserap gulma, menguap, atau mencemari lingkungan udara, tanah, dan air.
Dengan gledur pemupukan lebih mudah dan hemat. Alat cukup didorong di antara larikan padi. Secara otomatis ia meluncur di atas lumpur sambil membuat lubang pada jarak tertentu, menjatuhkan pupuk sekaligus menutup lubang. Makanya semua pupuk berada di dalam tanah. Jumlah pupuk yang dijatuhkan per titik dapat di atur sesuai dosis yang dikehendaki. Keistimewaan lain, saat menutup lubang, gledur mampu mencabut gulma.
Efisien
Alat itu juga dirancang untuk segala macam bentuk pupuk seperti butiran dan curah. Karenanya pupuk yang dibenamkan dapat pupuk tunggal, majemuk, atau pun campuran sesuai formula. Disarankan melakukan pemupukan 2 tahap agar hasilnya optimal. Pemupukan I pada umur padi 14—20 hari setelah tanam (HST), dosisnya 100 kg Urea + 100 kg TSP. Berikutnya saat padi berumur 35—40 HST dengan dosis 100 kg Urea + 50 kg KCl.
Walau dosis dikurangi, produksi padi naik karena efi siensi pemupukan meningkat. Bahkan kualitas hasil panen meningkat dengan cara gledur. Produksi juga lebih seragam karena setiap rumpun mendapat pupuk yang sama. Dengan begitu ukuran beras seragam, warna beras sama, dan butir padi yang pecah berkurang.
Gledur sengaja di desain sesuai kondisi pekebun di Indonesia. Bentuknya sederhana, kecil, dan murah. Total panjang alat penabur padi itu hanya 120 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 80 cm. Khusus untuk tinggi dapat diatur sesuai tinggi operator. Bobotnya pun ringan, hanya 8 kg sehingga mudah dibawa ke tengah sawah berlumpur.
Alat itu dapat dibuat sendiri atau dibeli di pemegang paten dengan harga setara 300—450 kg Urea atau sekitar Rp750-ribu—Rp1,125-juta. Itu artinya, pekebun yang mempunyai lahan seluas 3 ha tak perlu menambah biaya investasi untuk penggunaan pertama kali. Pasalnya, dengan gluder Urea dihemat sekitar 300—450 kg.
Cepat
Penggunaan alat itu juga menghemat waktu aplikasi. Bila rata-rata kecepatan meluncur 2,5 km/jam, maka diperlukan waktu 10 jam kerja efektif karena jalur yang ditempuh dalam 1 ha 25 km. Jadi kapasitas gledur sekitar 2 hari orang kerja per ha. Tak jauh berbeda dengan sistem tebar yang disebut-sebut cara paling cepat.
Walau penggunaan gledur banyak keunggulannya, pekebun perlu mengenal alat ini lebih jauh di lapangan. Pasalnya, lazim sekali alat pertanian teronggok di gudang lantaran hasilnya kurang sesuai dengan yang diinginkan penciptanya.Yang perlu diperhatikan antara lain: pupuk bersifat korosif alias memicu karatan, maka alat gledur harus dicuci bersih setelah penggunaan dan diminyaki.
Beberapa jenis pupuk seperti ES, TSP, dan posfat alam mempunyai bentuk dan ukuran tidak teratur. Biasanya pupuk seperti itu menyebabkan kemacetan pada saat alat menjatuhkan pupuk ke lubang. Karena itu pupuk yang ukurannya lebih besar dari 3 mm perlu dihancurkan terlebih dahulu.
Bila cara gledur itu diterapkan oleh pekebun secara nasional, bisa dibayangkan penghematan pupuk dan peningkatan produksi yang dicapai. Potensi pencemaran lingkungan akibat pupuk juga dapat ditekan. (Ir Amir Soediro Notoyudo, konsultan pertanian)