Kreasi taman-taman air dan paludarium unik.
Panorama elok itu tersaji di sebuah kotak kaca: pegunungan menjulang dengan batu cadas, berbagai jenis tanaman menghijau. Kehadiran gua melengkapi keelokannya. Ikan-ikan kecil aneka warna berenang kian kemari di antara kuba Hemianthus callitrichoides dan cakra moss Mini pelia. Itulah taman air atau aquascaping karya tim Maqua yang menjadi juara kesatu kelas Battle of Aquatitans di kontes Aquascape Goes To Mall (AGTM), Jakarta.
Delapan juri—tiga di antaranya dari mancanegara—mendaulat taman air itu menjadi yang terbaik. Menurut Aldino Rafiq Rendiansyah dari tim Maqua, Universitas Padjadjaran Bandung, proses pengerjaan perancangan taman air hingga sebulan. Anggota tim mencari batu alam di Gunung Guntur, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Setelah bahan terkumpul, mereka membuat desain dan mengamati hasil akhir.
Penilaian kontes
Peserta harus membuat taman air di lokasi kontes. Panitia menyediakan waktu 4 jam untuk membuat taman air. Kerja keras tim Maqua—terdiri atas Aldino, Nurdiansyah, dan Yulianto terganjar dengan menjadi kampiun pertama.
Menurut juri, Franky Mainza, taman air karya Maqua itu memenuhi semua kriteria penilaian dengan skor paling tinggi. “Nilai lebih desain Maqua terletak pada kreativitas menciptakan efek pencahayaan di dalam sebuah gua. Mereka menempatkan sebuah lampu light emitting diode (LED) di bagian belakang akuarium. Ketika kita melihat dari arah depan, tampak pancaran cahaya dari mulut gua,” kata juri kontes, Franky Mainza.
Pehobi yang berprofesi sebagai dokter di sebuah rumah sakit di Jakarta itu mengatakan, penilaian kontes cukup ketat. Juara ke-2 dan ke-3 juga memiliki konsep natural taman air yang sangat bagus. Kekurangan juara ke-2 hanya pada kayu yang menjalar pada sisi kanan bawah. Sementara itu kekurangan juara ke-3 penempatan kayu yang berjajar ke arah belakang sehingga kesan sense of depth kurang maksimal.
Franky Mainza mengatakan, penilaian kontes taman air berdasarkan desain taman air—meliputi kesan layout, sense of depth, dan penempatan tanaman, kealamiahan (tampilan dan nuansa alami desain), pemilihan jenis tanaman dan kondisi kesegaran tanaman, serta harmony of fish and layout (dinilai dari jumlah, ukuran, warna ikan, dan ekologinya termasuk kesesuaian ikan sebagai elemen desain). Penilaian itu mirip peraturan International Aquatic Plant Layout Contest yang diadakan setiap tahun di Jepang.
Paludarium
Syarief Hidayat dari Tangerang Aquascaping Club menyabet juara ke-1 di kelas Aquascape Tank Nano Live setelah mengungguli 26 peserta dari berbagai daerah. Kelebihan kreasi Syarief penataan yang harmonis antarelemen taman dalam akuarium mini. Syarief memerlukan 2 bulan untuk mempersiapkan taman air meliputi pemilihan dan penyusunan batu-batuan dan pemilihan tanaman.
Di kelas Quick Setting Palud Live, tanaman, batuan, dan hewan tersusun tidak sepenuhnya di bawah air. Paludarium adalah wadah untuk menggabungkan makhluk hidup habitat darat, air, dan kadang udara. Dewan juri memutuskan paludarium berkonsep hutan hujan tropis karya Komala Indrasari Emilian dari The Depok’s Scapers sebagai juara ke-1.
“Paludarium ini satu-satunya yang membuat semua dewan juri sepakat telah mewakili harmonisasi miniatur ekosistem,” ujar Wendy Kurniawan, juri dari Jakarta. Wadah palud kecil berukuran 30 cm x 20 cm x 25 cm membuat mahasiswi Universitas Pembangunan Nasional Veteran itu memilih tanaman unik dan beragam warna. Penilaian paludarium antara lain kesan pertama, desain secara keseluruhan, tampilan yang harmonis pada semua elemen penyusun, dan peletakan tanaman secara artistik. Komposisi meliputi keseimbangan antarberbagai komponen, kekuatan menampilkan natural dan tata warna berbagai elemen yang harus saling melengkapi.
Udang hias
Panitia juga menyelenggarakan kontes udang hias meliputi udang red bee, black bee, taiwan bee, dan taiti bee, serta neocaridina. Para juri menilai udang dari segi ketajaman warna, kehalusan kerapas atau cangkang, ketebalan warna cangkang dan kaki, serta fisik udang hias. Fisik mungil sekitar 2 cm membuat udang secara insting menyukai tanaman air sebagai tempat persembunyian dari ancaman predator.
Acara Aquascaping Goes To Mall-Shrimp Edition (AGTM-SE) itu berlangsung berkat gagasan perkumpulan komunitas aquascaping se-Indonesia, indoaquascape.com (IAS). “AGTM-SE 2014 ini adalah penyelenggaraan yang kedua dan merupakan agenda tahunan dari komunitas aquascaping,” ujar ketua panitia, Ata Lee. Peserta berasal dari seluruh Indonesia membuktikan besarnya semangat komunitas untuk semakin mengenalkan taman air. (Muhammad Hernawan Nugroho)