Mengendalikan lalat buah dengan metil eugenol.
Lalat buah jantan itu memburu aroma lalat betina yang tengah berahi. Namun, bukan lalat betina yang ia temui. Pekebun avokad di Semarang, Jawa Tengah, Rony Krisnawan, mengoleskan metil eugenol pada sebuah kapas pentul atau cotton bud di dalam botol. Aroma metil eugenol itu yang persis seks feromon lalat betina.
Undangan bercinta bagi lalat jantan itu ternyata jebakan. Celakanya lalat Bactrocera dorsalis yang kasmaran itu gagal keluar botol dan akhirnya meregang nyawa. Lalat buah merupakan hama utama beragam buah termasuk avokad di kebun Rony.
Buah kembali mulus
Sekali berkopulasi lalat betina menghasilkan 2.000 telur. Ketika buah Persea americana membesar, telur menetas menjadi larva. Sekilas avokad tampak mulus, ketika Rony membelahnya menemukan ulat di dalamnya. Namun, sejak menggunakan larutan metil eugenol gangguan itu berkurang.
Menurut dosen Hama dan Penyakit Tanaman, Universitas Padjadjaran, Dr. Agus Susanto, S.P., M.Si., lalat buah salah satu hama paling merusak dan penyebarannya luas. Lalat buah merusak buah-buahan dan tanaman hortikultura lainnya yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas buah. Tingkat kerusakan mencapai 75%.
Sejak 2015 buah avokad yang terserang mengalami penurunan akibat penggunaan larutan secara intensif. Buah asal Meksiko itu tampil mulus. Musababnya, lalat jantan terjebak di dalam botol sehingga gagal membuahi betina.
Di lahan seluas 4.000 m² dan 6.000 m² itu Rony memasang 200 botol (jarak tiap botol radius 20–30 m) berisi larutan petrogenol, atraktan organik berbahan metil eugenol dari PT Petrokimia Kayaku, Gresik, Jawa Timur. “Biasanya banyak avokad berbintik hitam akibat lalat buah. Petrogenol memikat lalat jantan, lama-lama lalat jantan berkurang, betina jadi mandul,” ujar Rony.
Rony memasang petrogenol secara berkelanjutan, mulai buah kecil hingga besar selama 5—6 bulan agar populasi lalat mandul. Alumnus Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro itu menekuk kapas pentul dan mencelupkan pada larutan metil eugenol. Ia lalu meletakkannya di tengah botol plastik bekas minum. Pada bagian bawah botol, ia memberikan Furadan sehingga lalat akan mati menumpuk dan kering.
Selanjutnya bagian atas botol dibuatkan seperti payung agar tidak basah terkena hujan. “Perawatannya mudah, setiap 10 hari sekali, saya mencelupkan cottonbud dalam petrogenol,” tutur Rony. PT Petrokimia Kayaku berhasil mengembangkan produk berbasis mikroorganisme yaitu Petrobio, Petrogenol dan Petrogrow sejak 2007.
Atraktan
Menurut Muhammad Thamrin dari Balai Penelitian Lahan Rawa (Balittra), Kementerian Pertanian, perangkap model itu dibuat dari botol plastik bekas kemasan air mineral. Untuk membuat jebakan, potong sepertiga bagian kepala. Masukkan potongan itu ke botol dengan mulut botol berada di bagian dalam (tutup botol dibuka).
Kemudian ikat bagian depan dan belakang botol dengan kawat agar mudah digantungkan di pohon. Ikatkan segumpal kapas yang ditetesi 2—4 ml metil eugenol di bagian tengah botol. Setelah itu isi botol dengan air hingga seperempat bagian dan jangan sampai mengenai kapas. Dengan adanya air, lalat yang masuk ke dalam botol akan tenggelam dan mati. Pasang perangkap agak miring agar air tidak tumpah.
“Dalam satu minggu, perangkap ini dapat menangkap 90—230 lalat buah jantan,” ungkap Thamrin. Koordinator wilayah Jawa Tengah, PT Petrokimia Kayaku, Didin Setia S menyatakan, keunggulan perangkap lalat model itu ialah menggunakan bahan yang murah dan mudah diperoleh, cara membuatnya pun cukup mudah, dan dapat dibawa ke lapangan.
Kelemahannya, kalau sering turun hujan, air dalam botol akan bertambah sehingga merendam kapas yang mengandung metil eugenol yang mengakibatkan perangkap tidak berfungsi. Kepala Bagian Perencanaan, Pengendalian dan Pemasaran PT Petrokimia Kayaku, Arifin, menuturkan mereka perusahaan mampu memproduksi berbagai macam formulasi pestisida, seperti konsentrat, cairan, butiran, tepung, dan umpan siap pakai. Petrogenol mudah didapatkan di pasaran. Harga petrogenol dalam kemasan kecil (5 cc) hanya Rp5.500.
Pekatan
Selain Petrokimia, produsen lain metil eugenol adalah PT Fanta Makmur Wijaya. Perusahaan itu memproduksi atraktan lalat buah bermerek Allnet.
Menurut direktur dari PT Makmur Fantawijaya, Shuan Yu Hou, kerugian kuantitatif yaitu berkurangnya produksi buah sebagai akibat rontoknya buah yang terserang sewaktu masih muda atau buah rusak dan busuk yang tidak laku dijual.
Kerugian kualitatif yaitu buah cacat berupa bercak, berlubang serta berulat yang akhirnya kurang diminati konsumen. Kerusakan buah dapat mencapai 100% jika tidak dilakukan pengendalian secara tepat. (Marietta Ramadhani)