
hidroponik sistem sumbu untuk anggrekanggreknya.
Anggrek di pekarangan rumah dapat tumbuh secara hidroponik.
Trubus — Inayat Hanoum mengembangkan hidroponik anggrek—dendrobium—untuk menyiasati kesibukannya. “Dengan hidroponik penyiraman tak perlu setiap hari karena air selalu tersedia,” kata pehobi di Yogyakarta itu. Menurut Inayat Yogyakarta tergolong dataran rendah sehingga dendrobium yang termasuk anggrek dataran rendah lebih cocok sehingga lebih mudah dibungakan. Inayat pernah mencoba anggrek bulan alias phalaenopis tetapi sulit berbunga.
Ibu 3 anak itu memilih hidroponik sistem sumbu atau wick system untuk dendrobium kesayangannya. Teknik itu lebih mudah diadaptasikan bagi pehobi yang selama ini telah merawat anggrek dengan cara lama di pot dengan beragam media. “Prinsipnya sederhana, tinggal ditambah sumbu dari dasar lubang pot yang kemudian direndamkan pada sistem hidroponik berupa paralon,” kata Inayat.
Aerasi akar

Bahan yang umum untuk sumbu biasanya tali fibrosa, propylene, benang poliuretan, atau wol tebal. Sumbu berperan sebagai jembatan larutan nutrisi dari penampungan air ke akar anggrek melalui proses kapiler. Sistem sumbu yang baik membutuhkan minimal 2 sumbu selebar 3 cm agar dapat memasok air dan larutan nutrisi yang cukup ke tanaman.
Sementara media tanam dapat berupa coco coir, vermikulit, atau perlite. Inayat lebih menyukai media tanam paling dasar berupa rock wool. Di atas rock wool, pehobi dapat memilih media sesuai kebiasaannya yang terdahulu. “Yang terpenting saat anggrek dipindahkan dari pot kecil ke pot yang lebih besar, media lama tetap dibawa sehingga dapat beradaptasi. Biarkan akar yang bergerak dari media lama ke media baru seiring pertumbuhan akar,” kata Inayat.
Berikutnya yang tak kalah penting adalah membuat lubang-lubang di pinggiran pot.
Atur nutrisi

Sebetulnya anggrek hidroponik bukan barang baru di tanah air. Di era 90-an penganggrek kawakan Yos Sutiyoso mencobanya untuk memproduksi anggrek di nurserinya. “Anggrek menjadi lebih rajin berbunga dengan ukuran besar-besar karena nutrisi dapat diatur sesuai kebutuhan,” kata Yos. Bandingkan dengan sistem konvensional, pehobi memberi nutrisi dengan butiran pupuk slow release alias pupuk lambat lepas yang ditaburkan di media dan penyemprotan pupuk daun secara berkala.
“Cara itu sering kali menyita waktu bagi pehobi yang supersibuk sehingga anggrek sering kali telantar. Dampaknya anggrek tidak terawat sehingga mogok berbunga,” kata Inayat Hanoum.
Namun, Yos tak meneruskan anggrek hidroponik karena ketika itu peralatan, energi listrik, serta nutrisi untuk hidroponik tergolong mahal. Sementara harga jual anggrek hidroponik dengan anggrek non hidroponik dibeli pelanggan dengan harga tak jauh berbeda.

Kini ketika tren hidroponik makin meningkat, peralatan hidroponik dan nutrisi untuk anggrek semakin terjangkau. “Makin banyak pilihan sehingga pehobi dapat memilih yang paling terjangkau,” kata Inayat. Sistem sumbu yang dipilih Inayat juga tak memerlukan sirkulasi pergerakan air pada paralon bekerja 24 jam. Musababnya, akar anggrek tidak terendam langsung air sehingga oksigen masih cukup di daerah perakaran. Sirkulasi air dan pompa udara untuk aerator cukup diaktifkan sehari 2 kali untuk menambah oksigen dalam air. (Destika Cahyana)