Saturday, October 5, 2024

Produksi Ikan Nila Milik Pembudi daya di Sumatra Barat Meningkat dengan Sistem Bioflok

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—Pembudi daya di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat,  Dwi Fandy mampu menuai 450 kg dari kolam berukuran 40 m2. Padahal para pembudidaya lazimnya hanya memanen sekitar 40 kg ikan nila dari kolam berukuran sama itu.

Artinya ada peningkatan lebih dari 10 kali lipat. Hasil panen Fandy meroket karena membudidayakan nila memakai sistem bioflok. Ia menebar 3.000 benih nila di kolam seluas 40 m2 . Pembudidaya lain hanya menebar 400 ekor di luasan sama.

Menurut peneliti nila bioflok di Badan Riset dan Inovasi Nasional, Adi Sucipto, M.Si., bioflok sejatinya hasil ikatan dinding sel bakteri dan mikrob lain seperti fitoplankton dan zooplankton. Bioflok berperan mengurangi bahan organik dan anorganik sehingga kualitas air terjaga.

Keberadaan aerator merupakan salah satu kunci keberhasilan sistem bioflok. Pembudidaya memerlukan 1—2 aerator per meter kubik. Selain meningkatkan produksi, sistem bioflok juga menurunkan rasio konversi pakan (feed conversion ratio, FCR) seperti pengalaman Rudi Handoko.

FCR di kolam milik pembudidaya nila di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, itu mencapai 1. Artinya diperlukan 1 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg daging.

Bandingkan dengan FCR nila di kolam intensif dan keramba jaring apung (KJA) sebesar 1,5—1,7. Adanya penambahan biaya untuk pembuatan flok tidak sebanding dengan peningkatan produksi yang signifikan sehingga tetap ekonomis.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Potensi Keong Darat dan Upaya Budi daya Berkelanjutan

Trubus.id—Keong darat berpotensi sebagai sumber daya untuk produk kosmetik. Menangkap peluang itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img