Enam bilah bambu setinggi 5 m tersusun tegak, berbaris rapi membentuk piramid. Itu bukan rombongan pramuka yang sedang mendirikan tenda. Di dalam piramid itu tumbuh king rose apple setinggi 3 m. Tajuknya melebar dan dahan menjuntai hampir menyentuh tanah. Dahan menjuntai karena keberatan menahan buah berukuran jumbo, bobot 300—400g/buah.
Piramida bambu itu bukan pagar biasa tetapi berfungsi untuk menyangga dahan. Setiap dahan yang dipenuhi dompolan buah diikat dengan tali rafi a ke bambu supaya tidak patah. Model tiang penyangga lain berupa pagar dari pipa besi. Pipa itu disusun membentuk bujur sangkar mengelilingi tanaman. Sama seperti tadi, dahan yang sarat buah dihubungkan palang-palang besi menggunakan tali rafi a.
Sosok tanaman pendek—hanya 3 m—dan percabangan yang muncul di ketinggian 20—30 cm di atas permukaan tanah mempermudah pengikatan dahan. Tanaman tetap “kerdil” karena Wung—pemilik kebun—melakukan pemangkasan setiap kali usai panen. Selain untuk membentuk tajuk, pemangkasan juga merangsang pembungaan. Setiap 5 tahun tanaman diganti dengan yang baru karena dianggap sudah tidak produktif.
Pemangkasan
Sejak tanaman berumur 1 tahun, pemangkasan untuk membentuk kanopi sudah dilakukan. Tujuannya agar tanaman tidak terlanjur tumbuh menjulang. Tajuk tanaman terlalu tinggi menyulitkan perawatan dan pemanenan. Saat mulai dipangkas dahan masih seukuran ibu jari. Dari setiap pohon dipertahankan 3—5cabang utama agar tidak terkesan padat.
Pada saat bersamaan pagar didirikan mengeliling tanaman. Di kebun yang berlokasi di Fengshan, Kaohsiung, itu jambu air ditanam dengan jarak 5,5 m x 5,5 m. Jarak tanam sengaja diperbesar karena tajuk cenderung melebar.
Perawatan selanjutnya, pemangkasan tunas-tunas yang tidak produktif. Untuk penyiraman Wung termasuk “boros” air. Ia melakukan penyiraman ganda, sprinkler untuk menyiram tajuk tanaman dan viafl o. Viafl o ialah membran pipih memanjang yang akan menggelembung bulat jika dialiri air. Dengan tekanan ½—1 atm, air sebanyak 1—1,5/m2 akan menetas.
Cara itu dimaksudkan untuk memompa ukuran buah. Interval penyiraman sehari sekali. Selain itu untuk merangsang pembungaan biasanya dibuat goresan mengelilingi batang dekat akar. Dengan begitu tanaman terpacu memunculkan bunga.
Dibungkus
Supaya ukuran besar, Wung melakukan seleksi sejak pentil. Dalam 1 dompol biasanya disisakan 7—10 buah. Lebih dari itu ukuran buah mengecil dan risiko dahan patah akibat kelebihan beban membesar.
Agar penampilan buah mulus, berbarengan dengan seleksi dilakukan pembungkusan dengan kantong 2 lapis. Lapisan dalam berupa plastik bening untuk mempermudah pengecekan buah. Sementara lapisan luar berupa kertas agar buah tidak terkena sinar matahari berlebih yang menyebabkan terbakar.
Buah dipetik saat muncul semburat merah atau sebulan setelah pembungkusan. Biasanya satu dompol dipanen berbarengan karena buah matang seragam. Gunakan sarung tangan dan gunting saat pemetikan untuk mencegah luka tergores. Setelah dipetik buah langsung dipasarkan tanpa pengkelasan. Sekali panen Wung bisa memetik 100 kg/tanaman. (Bertha Hapsari)
Manisnya si Hitam Emas
Sekeranjang jambu air disodorkan Wung kala rombongan tur Trubus berkunjung ke kebun Item Golden di Fengshan, Kaohsiung. Soeyono—salah satu peserta tur—mengambil dan mengunyah sepotong Syzygium aqueum itu. “Ehm…manis, segar, dan dagingnya tebal,” ujar Soeyono. Begitu digigit rasa manis langsung menyergap lidah.
Sepintas penampilan item golden mirip king rose apple, jambu air introduksi dari Thailand. Namun, ukuran item golden lebih besar. Bobotnya mencapai 300—400 g per buah; king rose apple 125—200 g/buah. Warna buah merah cerah semu hijau.
Di Taiwan Trubus juga menjumpai jambu air lain yang sosoknya mirip citra. Bedanya jambu air introduksi Taiwan ini bentuknya lebih panjang. Konsumen di pulau Taiwan menyebutnya jambu air Thailand. Jambu ini rasanya tidak semanis item golden, tetapi lebih berair. Warna kulit merah kehitaman, bobot 175—200 g per buah. (Bertha Hapsari)