Monday, September 16, 2024

Jawa Timur dan Melon Premium

Rekomendasi
- Advertisement -
Provinsi Jawa Timur fokus mengembangkan melon premium untuk memasok pasar nasional dan ekspor. Setengah dari konsumsi melon nasional berasal dari Provinsi Jawa Timur.

Trubus.id—Separuh dari konsumsi melon nasional berasal dari Jawa Timur.  Provinsi di ujung timur Pulau Jawa itu menghasilkan melon 59.246 ton pada 2023 dari lahan 3.017 hektare. Penyumbang melon lain adalah Provinsi Jawa Tengah mencapai 230.865 ton dan Yogyakarta hingga 108.849 ton pada 2023.

Sejatinya luas tanam di Jawa Timur itu turun dibandingkan dengan 2022 yang mencapai 3.364 hektare (622.868 ton). Namun, produktivitas melon pada 2023 lebih tinggi yakni rata-rata 155 kuintal per ha. Sementara itu poduktivitas melon pada 2022 hanya 148 kuintal per ha.

Kepala Bidang Tanaman Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, Ir. Irita Rahayu Aryati, M.M.A. mengatakan hal itu saat Perhorti Talk seri 7 pada Kamis, 29/8. Penyelenggara kegiatan itu Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti).

Sentra terluas penanaman melon di Jawa Timur ada di Kabupaten Tuban (704 ha) dan produksi 183.140 kuintal pada 2023. Produksi itu menyumbang 31%. Sentra lain penanaman melon berada di Kabupaten Ngawi (431 ha) yang menghasilkan 71.66 kuintal setara 12%. 

Namun, produktivitas melon di Jawa Timur paling tinggi di Kabupaten Banyuwangi, yakni 337 kuintal per ha. Jika populasi rata-rata 16.000 tanaman per ha, produktivitas mencapai 2,10 kg per tanaman.

Irita mengatakan, sebagian petani menanam melon dalam greenhouse yang memiliki beberapa kelebihan seperti melindungi tanaman dari kondisi cuaca ekstrem dan meningkatkan kualitas hasil panen dengan mengontrol lingkungan.

Kelebihan rumah tanam

Irita memaparkan menanam melon premium di Jawa Timur sebagian dalam greenhouse dan sebagian di lahan terbuka. Saat ini terdapat 336 greenhouse di Kabupaten Blitar, Kediri (216), dan Malang (98). Ketiganya sentra melon terbesar di Jawa Timur.

Penggunaan greenhouse juga mengurangi penggunaan pestisida karena serangan hama dan penyakit tanaman lebih terkendali akibat lingkungan terkontrol. Hal itu dapat menekan penggunaan pestisida, sehingga menghasilkan produk yang lebih aman dan ramah lingkungan.

Alumnus Faultas Pertanian Universitas Brawijaya itu mengatakan, penggunaan greenhouse  juga menghemat air. Evaporasi air di dalam greenhouse lebih sedikit dibandingkan dengan di luar ruangan. Keruan saja hal itu membantu menghemat air, terutama di daerah yang kering.

Menurut Irita budidaya  melon di dalam greenhouse sangat menguntungkan petani. Di greenhouse 1.000 m2 terdiri atas 2.000 tanaman inthanon atau honey globe memerlukan biaya Rp23.712.500.

Petani memperoleh laba bersih Rp23 juta dalam waktu 85 hari. Bandingkan petani di lahan terbuka dengan luas sama memerlukan biaya lebih murah yakni Rp17.832.500 dan memperoleh laba bersih Rp7.867.500.

Itulah sebabnya pemerintah Jawa Timur membuat program pengembangan melon seperti Sekolah Lapang, temu lapang petani, dan penyusunan standar operasional prosedur budidaya melon. Hal itu selaras dengan program kerja pemerintah Jawa Timur yang tersohor dengan Nawa Bhakti Satya. Pada bhakti ke-6 pemerintah berjanji memajukan sektor pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dan perkebunan untuk mewujudkan kesejahteraan petani dan nelayan.

Strategi pengembangan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur menempuh beragam cara untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, termasuk sektor pertanian. Harap mafhum, Sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di Jawa Timur, yakni 31% setara 7,15 juta penduduk.

Jumlah penduduk Jawa Timur yang bekerja 22 juta. Yang menggembirakan Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah petani milenial terbanyak di Indonesia, yakni 971.102 orang.

Menurut Irita pengembangan hortikultura, terutama melon, di Jawa Timur juga menghadapi banyak tantangan seperti ketersediaan lahan, perbenihan, dan infrastruktur.

Di bidang ketersediaan lahan Irita mengatakan, “Kepemilikan lahan yang sempit dan pola tanam bergilir”  sebagai tantangan. Sistem produksi dan distribusi benih juga lemah. Tantangan lain berupa kesulitan petani memperoleh pinjaman dan kelembagaan petani yang lemah.

Untuk mengatasi beragam tantangan, pemerintah Provinsi Jawa Timur menerapkan beragam strategi seperti produksi benih bermutu, sertifikasi benih, pengawasan peredaran benih, sarana prasarana perbenihan. Pemerintah juga mendorong petani menerapkan Good Handling Practices (GHP) alias penanganan pascapanen yang baik.

Hal itu berkaitan dengan penerapan teknologi serta cara pemanfaatan sarana dan prasarana. Strategi lain berupa pengendalian dampak perubahan iklim serta fasilitasi sarana dan prasarana pascapanen. (Sardi Duryatmo, Ketua 3 Perhimpunan Hortikultura Indonesia)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Fakta Unik Perjalanan Biji Kopi Di Dunia

Trubus.id—Kopi mulai dikenal oleh Suku Galia di Afrika Timur tahun 1000 Sebelum Masehi. Dua ribu tahun berikutnya antara abad...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img