Trubus.id— Jeruk siam madu medan berpotensi mengisi pasar swalayan modern dan bersaing dengan jeruk impor. Jeruk siam madu memiliki karakter fisik buah kuning mencolok dengan rasa manis konsisten. Kulit juga cenderung tebal seperti keprok.
Jeruk siam madu medan kerap ditanam di daerah Simalungun, Sumatra Utara. Praktikus Pertanian dan Direktur Penjualan Darifarm, Zoilus Sitepu, S.P., mengatakan jeruk siam madu medan adalah jeruk siam yang beradaptasi dengan iklim dataran tinggi serta tanah vulkanik yang subur.
Suhu siang hari 17—19°C dan tanah di sana adalah andisols. Jeruk siam berevolusi sehingga sosoknya mendekati keprok. Padahal, daun tanaman menyerupai siam. Siam madu medan yang ditanam pada ketinggian 1.000 m dpl berwarna lebih mencolok.
Sementara siam madu medan yang dikebunkan di dataran rendah berwarna dominan hijau. Menurut Ziolus jeruk siam yang dipanen dari dataran tinggi itulah yang berpeluang untuk mengisi pasar-pasar swalayan modern.
“Tentu dibutuhkan sentuhan teknologi agar kualitas buah menyamai jeruk impor,” ujar Zoilus.
Sebagai contoh panen buah tua saat pagi lalu menyimpan dalam lemari pendingin pada suhu 5—6°C. Buah tua biasanya mempunyai tingkat kemanisan 9—10°briks. Berikutnya sortasi menggunakan mesin.
Pengalaman Ziolus, siam madu medan dapat bertahan hingga lebih dari 30 hari dengan rasa, tingkat kemanisan, dan aroma yang konsisten. Di tangan konsumen tingkat kemanisan mencapai 13—14°briks. Saat ini siam madu medan sudah mengisi pasar swalayan modern.
Tentu harga jual buah jauh lebih tinggi daripada siam madu medan di pasar tradisional. Namun, keberadaan siam madu medan di pasar swalayan modern mampu bersaing dengan jeruk impor dari Cina.
Di masa depan, Ziolus meyakini jeruk lokal nan cantik dari dataran tinggi di Indonesia dapat menjadi pesaing jeruk impor di pasar swalayan modern.