Di Palembang namanya keramunting alias karamunting. Di Pekanbaru sebutannya kalamunting. Masyarakat Batak menamakannya haramonting. Sementara di Malaysia ia dikenal sebagai pokok kemunting. Namanya terdengar mirip-mirip. Semirip nasibnya di semua tempat itu. Karamunting sekadar tanaman hutan. Ukuran buahnya bervariasi, mulai dari seujung kelingking sampai seujung jempol orang dewasa. Namun, rata-rata ukurannya 1/3 anggur. Buah muda yang hijau dan sangat keras rasanya sepat seperti jambu biji mentah.
Menjelang matang, warnanya menjadi merah marun kecokelatan sampai hitam. Buahnya lunak, manis, dan harum. Kulit buahnya seperti beludru karena berbulu dan tidak mengkilap. Anggota famili Myrtaceae itu punya bunga merah elok yang warnanya kian memucat seiring umur bunga, sampai akhirnya menjadi putih. Sebanyak 5 kelopak yang berukuran 2—3 cm beraroma harum seperti mawar. Makanya kerabat jambu biji itu disebut mawar hutan. Keharuman di tengah hutan itu membuat lebah dan kumbang hinggap untuk menyerbuki.
Di Florida, bunga eksotis itu membuatnya menjadi tanaman penghias pekarangan sejak 1920. Mereka menggunakannya sebagai tanaman multimanfaat: tanaman bunga, pagar, dan buah. Untuk bonsai, sosok pohon keramunting memang kompak dan berbatang indah. Sebagai tabulampot, hampir dipastikan tanaman itu berbuah sepanjang tahun. Tabulampot keramunting berumur 1—2 tahun menghasilkan puluhan buah. Kuncup dan bunga mekar tiada henti. Umumnya tabulampot itu mengandalkan bibit asal cangkok. Buah bermunculan tak sampai setahun kemudian.***