Friday, September 22, 2023

Karena Mereka Mutu Air Terjaga

Rekomendasi
- Advertisement -

Tanaman air itu berfungsi sebagai fi lter biologi, sehingga mutu air selalu terjaga. Itulah panorama yang menyedot perhatian peserta Farm Visit Aquarama 2003 di lokasi Trop Aquarium.

Trop Aquarium yang berdiri sejak 1987 itu terletak di kawasan industri Pasir Ris Coast Park. Area itu salah satu sentra ikan hias yang dibuka oleh pemerintah Singapura, selain Lim Chu Kang.

Eksportir ikan hias itu menempati luas areal sekitar 2 ha. Luasan itu dibagi 4 bagian besar. Yang 1,3 ha dibuat kolamkolam berukuran masing-masing 10 m x 5 m berkedalaman 1 m. Di sana terdapat 5 kolam tempat perawatan sekaligus pembesaran ikan. Lahan lain seluas 4.000 m2 yang terdiri dari 4 kolam besar beragam ukuran mulai 5 m x 5 m hingga 10 m x 5 m. Kolam-kolam itu dipergunakan untuk karantina ikan sebelum diekspor. Sisanya diperuntukkan petak-petak tanaman air, bangunan utama, dan ruang pamer.

Filter biologi

Dari pengamatan Trubus setiap kolam dinaungi jaring sebagai peneduh. Beberapa tiang berupa pipa besi setinggi 4 m ditancapkan sebagai gantungan jaring. Penyaring sinar matahari itu membentang menutupi seluruh atas kolam. Bahkan setiap sisi kolam dipagari dengan bahan yang sama.

Di kolam-kolam karantina berderet bak bundar berdiameter 1,5 m. Bak itu tidak dibuat permanen, tetapi menggunakan jaring bermata 2 cm. “Agar air di bak terganti sekaligus saat kolam diisi air,” ucap Jasmine Low dari Trop Aquarium. Ikan-ikan yang dikarantina biasanya mendiami bak selama 4—5 hari. Di sana kesehatan dan nutrisi ikan terus dipantau dengan komputer sebelum diekspor ke Eropa dan Amerika.

Peraih penghargaan internasional Best Performance for Year 2001/2002 dari Ornamental Fish International (OFI) itu menspesialisasikan diri pada beberapa jenis ikan hias seperti maskoki, maanfish, gurami hias, dan beberapa jenis siklid afrika. Beberapa jenis tanaman air seperti nana Anubias sp, swordplant Enchinodorus martii, dan 3 yang disebut di muka juga dipanen untuk diekspor. “Dari segi jenis dan kesegaran masih kalah dengan tanaman air dari Indonesia,” tutur Hendry, peserta asal Bandung sekaligus perancang akuarium tanaman air itu.

Yang menarik tugas yang diemban tanaman air itu sebagai fi lter biologi. Air buangan dari seluruh kolam dialirkan ke sebuah bak penampung melalui pipa PVC berdiameter 10 cm. Dari bak, air mengalir melewati petak-petak tanaman air yang disangga oleh papan gabus. Petak paling ujung yang dibiarkan bebas dari tanaman air. Di sana sebuah pompa menyemprotkan air itu kembali ke dalam petak paling ujung. Sebelum dialirkan kembali ke bak penampungan akhir berukuran 10 m x 20 m berkedalaman 2 m.

Agar oksigen terlarut terjamin, beberapa pipa PVC berdiameter 3 cm yang dilubangi sebesar batang rokok dipasang di sekeliling bak penampungan akhir. Melalui sebuah pompa, air disedot lalu dihamburkan seperti air mancur masuk kembali ke dalam bak. Setelah itu air baru didistribusi ke seluruh kolam. Proses ini berlangsung terus-menerus selama 24 jam

Manajemen pengelolaan air seperti itu semata-mata ditempuh lantaran air barang mahal di Singapura. Bayangkan setidaknya Rp5,6-miliar per hari dikucurkan oleh Perdana Menteri Goh Cok Tong untuk membeli 250 galon air dari Johor, Malaysia. Dari Volume itu hanya 20% saja yang menjadi jatah industri termasuk di dalamnya puluhan farm ikan hias. Sebab itu pengelolaan air terpadu mutlak dilaksanakan oleh farm-farm di Singapura.

Mainland Tropical

Setelah singgah selama 45 menit di Trop Aquarium, perjalanan dilanjutkan menuju farm terakhir, Mainland Tropical Fish Farm di Pasir Ris Farmway. Perjalanan menggunakan bus selama 15 menit terasa mengasyikkan. Untuk mencapai Mainland Tropical bus membelah hutan dengan jalan berkelok-kelok.

Megah dan tertata rapi. Itulah kesan pertama ketika menjejakkan kaki di halaman Mainland Tropical. Maklum farm seluas 1,5 ha itu selain melakukan ekspor-impor ikan hias juga tempat rekreasi keluarga. Setiap akhir pekan ramai anakanak ditemani para orang tua memberipakan kepada koi.

Setidaknya terdapat 6 kolam koi berukuran masing-masing 5 m x 10 m beratap jaring yang disediakan bagi pengunjung. Di sana beragam jenis koi seperti kohaku, sanke, dan tancho seukuran lengan orang dewasa berebut pakan yang ditebar pengunjung. Pakan dibeli di toko Mainland Tropical seharga Sin$10 per kantong berbobot 1/2 kg. Memang Mainland lebih mengkhususkan diri pada koi. Setelah mendatangkan dari Jepang dan Cina, Carrasius auratus itu di ekspor. Ikan hias lain yang diekspor antara lain maskoki, siklid, dan cupang.

Demi kenyamanan pelancong, di antara kolam dibuat tempat istirahat terbuat dari kayu selebar kolam. “Kami buat seperti ini supaya orang-orang mencintai ikan,” ucap Mr Yeoh Chew Sing, manajer farm. Terbukti langkah yang ditempuh pengelola cukup berhasil. Buktinya setiap pulang, pengunjung pasti membeli buah tangan ikan di kantong-kantong plastik. Rata-rata sebulan berselang mereka berkunjung kembali.

Pengelolaan air di Mainland Tropical persis Trop Aquarium. Mereka sama-sama memanfaatkan tanaman air sebagai fi lter biologi untuk sistem sirkulasi air tertutup. Yang berbeda hanya luasan penanaman. Di Mainland hanya sekitar 500 m2 yang dimanfaatkan sebagai fi lter biologi.

Farm Visit yang merupakan rangkaian acara Aquarama 2003 berakhir setelah 30 menit mengelilingi Mainland Tropical. Tepat pukul 17.00 waktu Singapura acara pamungkas ini ditutup oleh Mr Yeoh Chew Sing dengan menyuguhkan rambutan dan durian malaysia di sejumlah meja yang ditata di antara kolam koi. “Jika tuan rumah menyediakan durian, tandanya ia benar-benar menghormati tamu,” ujar Sugiharto, peserta asal Yogyakarta yang lama berdomisili di negeri Singa itu. (Dian Adijaya S)

 

- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Babak Baru Bisnis Durian

Trubus - Bisnis durian Indonesia kini berkembang pesat. Namun mengapa industri durian dunia masih dikuasai Thailand dan Malaysia? Bagaimanakah cara...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img