Trubus.id — Burung hantu memiliki kecerdasan dan naluri yang lebih tajam daripada burung lain. Dalam buku One Man’s Owl, Prof. Bernd Heinrich, Ph.D., pakar biologi, ekologi, dan evolusi dari Universitas Vermont, Amerika Serikat, menyatakan burung hantu lebih mampu bertahan hidup daripada burung ocehan.
Dalam beberapa hari setelah lepas ke alam, burung ocehan yang biasa dipelihara sejak kecil mungkin mati. Namun, meski sama-sama dipelihara, burung hantu mampu bertahan hidup karena mempunyai naluri dan kecerdasan.
Kegiatan berburu menuntut strategi yang harus selalu diperbarui. Itu karena mangsa juga mengembangkan strategi menghindar. Hanya yang lemah, sakit, atau ceroboh menjadi mangsa.
Perbedaan kecerdasan, tampak jelas pada paus pemburu Orcinus orca. Pantai landai merupakan “kolam bermain” bagi anjing laut berbulu Callorhinus ursinus muda yang baru belajar berenang.
Di sisi lain, pantai juga tempat berbahaya bagi paus. Salah sedikit, mamalia air itu bakal terdampar dan mati kekeringan. Namun, paus pemburu mampu mengatasi halangan itu dengan bergeser menyamping sampai tempat yang cukup dalam untuk kembali berenang ke laut.
Setelah halangan teratasi, pantai menjadi meja makan yang selalu menyajikan makanan. Paus pemburu mewariskan manuver kembali ke laut dari pantai landai, tapi entah mengapa induk anjing laut tidak mengajarkan bahaya kepada keturunan mereka. Di sana, tampak jelas perbedaan kecerdasan yang berperan dalam keberhasilan mempertahankan hidup.
Burung hantu menuntut perlakuan baik jika petani ingin terus menggunakannya sebagai pengendali tikus. Petani perlu menyediakan hunian bagi burung hantu untuk berbiak. Pagupon alias kandang burung itu bisa dibuat dengan berwujud rumah-rumahan berukuran 1 m2 dengan atap setinggi 40 cm.
Petani bisa menggunakan tiang-tiang bambu penyangga pagupon dengan tinggi 6 m. Burung hantu menyukai tempat tinggi karena ia bisa mengawasi keadaan sekitar.