Konsumsi kefir menetralkan gula darah dan mencegah strok.
Didiek Budiabawaleksana menghidupkan mesin mobil. Ia dan istri, Dewiyanti, bersiap ke Kota Bandung, Jawa Barat. Didiek lalu menghampiri istri di kamarnya ketika tiba-tiba kaki kiri pria 60 tahun itu keram dan sakit. Ia pun menyeret kaki dan melempar tubuhnya ke kasur. Dewiyanti pun mengira sang suami hanya bercanda karena Didiek termasuk orang yang humoris dan suka bercanda dalam segala hal.
Namun, tak lama ayah 2 putri itu berteriak memanggil Dewiyanti dan memintanya untuk menelepon dokter. Peristiwa itu terjadi pada Sabtu pagi tahun 2003. Seluruh kerabat di kediamannya di Kecamatan Purwasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pun panik karena Didiek benar-benar kehilangan kekuatan. Dewiyanti memenuhi permintaan Didiek untuk menelepon dokter.
Strok berulang
Dewiyanti menuturkan, “Dokter bilang bahwa ia tidak bisa datang cepat karena harus mengambil peralatan dan membutuhkan waktu sekitar 30—45 menit.” Itulah sebabnya, perempuan berumur 59 tahun itu nekat membawa Didek ke sebuah rumah sakit di Bandung. Didiek baru tiba setelah enam jam perjalanan karena tersendat macet. Setelah tiba di rumah sakit, dokter di Unit Gawat Darurat memeriksa kadar kolesterol dan tekanan darah Didiek.
Hasil pemeriksaan kadar kolesterol hingga 230 mg/dl—kadar normal 180 mg/dl. Dua hari sebelumnya pria kelahiran Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, itu menyantap makanan berlemak dan minyak berlebih seperti nasi goreng dan gulai. Kadar gula pun melonjak hingga 240 mg/dl; kadar gula normal setelah makan 110—160 mg/dl. Efeknya menyerang ke bagian saraf, seluruh tubuhnya terasa lemas.
Tekanan darah Didiek pun melejit hingga 230/120 mmHg. Padahal, menurut World Health Organization (WHO), tekanan darah normal kurang dari 130/85 mmHg. Dokter menyatakan, Didiek mengalami penyempitan pembuluh darah di kepala. Selama opname, pria kelahiran 11 Oktober 1958 itu tak henti mengonsumsi obat-obatan dalam bentuk kapsul dan cairan. “Sampai bosan saya makan obat,” kata Didiek.
Agar kondisinya lebih stabil, dokter menganjurkan konsumsi obat penurun dan pengencer darah seumur hidup untuk mengatasi strok. Kontrol ke dokter setiap bulan juga ia lakoni. “Tiap kontrol disuntik 3—5 kali,” katanya. Suntikan obat itu berfungsi untuk melancarkan aliran darah. Tujuh tahun berselang, lagi-lagi serangan strok menghampiri Didiek.
Ketika itu, ia sedang di kamar mandi. Tiba-tiba kedua kakinya kehilangan rasa sehingga ia tak bisa menggerakkan kaki. Tubuh renta itu pun terjatuh. Sekuat tenaga ia berusaha berteriak. Namun, lidahnya juga tiba-tiba terasa kelu, tak sanggup bersuara. Ia kembali terkapar. Baru sebulan pulih, Didiek kembali terserang strok. Demikian pula pada 2013, saat bangun tidur, lagi-lagi mulut menjadi kelu.
Serangan yang ketiga kalinya itu lantaran tergiur menyantap gulai kepala ikan kakap kesukaannya. Beruntung obat pereda tekanan darah tinggi sisa pengobatan sebelumnya masih tersisa. Ia pun kembali rutin mengonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi sebutir sehari. Total lima kali ia terserang strok dengan waktu yang cukup berjauhan.
Kefir
Lelah menderita strok yang terus kambuh dan khawatir konsumsi obat kimia yang akan berefek pada ginjalnya, Didiek mengikuti saran keluarganya untuk menjalani pengobatan herbal dengan mengunjungi kerabat yang meresepkan obat herbal, Sri Okti Ningrum pada April 2018. Okti memberikan dua gelas kefir ukuran 150 ml. Sejak saat itu, Didiek rutin mengonsumsi kefir 2 kali sehari sebanyak 150—200 ml per hari.
Alumnus Institut Teknologi Bandung itu mengonsumsi kefir didampingi dengan obat pengencer darah. Selang 2 pekan kadar gula darah Didiek menurun menjadi 120 mg/dl. Ia pun senang, “Tetapi tiba-tiba saya merasa sangat lemas dan drop. Saat diperiksa dokter ternyata gula darah terlalu rendah,” ujarnya. Akhirnya ia pun memutuskan untuk tidak mengonsumsi obat dokter dan hanya mengandalkan kefir sebagai pengobatan.
Didiek pun diet ketat akan pilihan makanan, terutama yang bersantan. Selain itu ia pun rajin berolahraga ringan seperti lari kecil dan jalan cepat. Menurut pensiunan PT Pupuk Kujang itu kefir minuman sangat istimewa. Bagaimana mekanisme kefir menurunkan gula darah? Menurut Okti, kefir kaya antioksidan, menurunkan sitokin proinflamasi, menetralkan radikal bebas, dan mencegah stres oksidatif.
Kefir mengatasi strok melalui mekanisme biometabolisme, imunomodulasi, antioksidan, efek glikemik, dan aktivasi peptida. Efek imunomodulasi menormalkan komposisi mikrob usus sehingga menjamin keseimbangan respons imun.
Menurut wanita kelahiran Sragen, 11 Oktober 1962 itu kefir berbeda dengan obat karena berperan sebagai nutrisi. Mengonsumsi kefir sebagai terapi pengobatan strok lebih aman lantaran tidak meninggalkan residu dalam tubuh. Hasil pemeriksaan Didiek setelah konsumsi kefir pada awal Juli 2018, menunjukkan bahwa tekanan darah 140/80 mmHg.
Adapun kadar kolesterol pun normal, 145 mg/dl. Selama konsumsi kefir, Didiek merasakan banyak perubahan. Nyeri di lutut berkurang, tubuh terasa segar, dan stamina meningkat. Bahkan secara fisik dan gerakan tubuh, ayah 2 putri itu tidak terlihat seperti seorang yang pernah terserang strok. “Apa pun kandungannya, kefir adalah obat mujarab yang meningkatkan kualitas hidup pada usia senja,” ujar Didiek. (Tiffani Dias Anggraeni)