Friday, March 29, 2024

Kentang Pengganti Atlantik

Rekomendasi
- Advertisement -

Produksi medians 32 ton per ha, tahan busuk daun, dan kadar gula rendah. Cocok sebagai olahan keripik.

Wajah Muhammad Kudori muram memandangi lahan kentang miliknya. Pekebun kentang di Desa Tambabaya, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, itu hanya bisa panen 8 ton umbi kentang atlantik dari lahan 1 ha. Maklum hampir 50% tanaman kentangnya terserang busuk daun pada 2012. “Saya pikir menanam kentang itu mudah,” ujar Kudori yang menanam Solanum tuberosum sejak 5 tahun lalu itu.

534_ 92-2Busuk daun memang menjadi momok bagi pekebun atlantik. Padahal, atlantik masih menjadi andalan sebagai bahan baku keripik yang permintaannya terus meningkat setiap tahun. “Belum ada varietas lokal yang hasil keripiknya sebaik atlantik,” ujar ayah 1 anak itu. Gejala serangan busuk daun berupa bercak nekrotik di tepi dan ujung daun. Semakin lama bercak-bercak itu menyebar ke seluruh bagian daun. Jika sudah begitu tanaman akan mati lantaran tak bisa berfotosintesis.

Medians

Menurut peneliti kentang di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Ir Asih Kartasih Karyadi, penyakit itu disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans. “Serangannya bisa meningkat hingga dua kali lipat pada musim hujan,” ujar Asih. Untuk mencegah serangan cendawan itui petani dapat menggunakan benih toleran busuk daun seperti medians. Itu varietas kentang hasil silangan Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

534_ 92-1Menurut anggota tim pemulia kentang di Balitsa, Ir Kusmana, induk betina dalam persilangan itu adalah atlantik, induk jantan klon 393284.39. “Medians tahan hama dan penyakit. Kurang dari 10% yang terserang busuk daun,” ujar Kusmana. Sifat tahan busuk daun medians warisan induk jantan. Kudori akhirnya menanam medians di lahan 1 ha pada Agustus 2013. Populasi mencapai 30.000 tanaman per ha berjarak tanam 25 cm x 80 cm.

Ia menggunakan pupuk dasar berupa kotoran ayam sebanyak 20 ton, ZA 150 kg, SP-36 (250 kg), dan NPK Mutiara (100 kg). SP-36 berguna untuk memperbaiki unsur hara tanah serta menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit, dan kekeringan. Kudori kembali memberikan pupuk—dosis sama, tanpa pupuk kandang—saat tanaman berumur 21—30 hari setelah tanam. Sementara untuk mencegah penurunan produksi, pekebun 37 tahun itu menyemprotkan pestisida 3 hari sekali saat musim hujan dan 5 hari sekali saat kemarau.

Bandingkan dengan interval penyemprotan pestisida pekebun kentang nonmedians, setiap 2 hari. Akibatnya, bagi pekebun medians biaya pembelian pestisida pun lebih murah. Dengan masa panen 100 hari, Kudori hanya 20 kali menyemprotkan pestisida pada musim kemarau. Menurut Kudori biaya penyemprotan pestisida dalam satu periode budidaya mencapai Rp7-juta per ha. Untuk perawatan—pupuk, pestisida, penyiangan gulma, dan penyiraman—Kudori merogoh kocek Rp50-juta setiap musim tanam untuk 1 hektar lahan.

Produksi tinggi

534_ 93-2Medians siap panen pada umur 100 hari setelah tanam. Pada penanaman itu kentang selamat dari ganyangan busuk daun. “Hanya 5% tanaman yang terserang penyakit busuk daun,” ujar Kudori. Padahal, frekuensi penyemprotan fungisida lebih rendah daripada biasanya. “Medians hanya perlu disemprot pestisida rata-rata per 4 hari saja,” kata Kudori. Sudah hemat, produksi menjulang tinggi.

“Produksinya mencapai 32 ton per hektar,” ujar pekebun kentang sejak 2009 itu. Bandingkan dengan atlantik yang rata-rata produksinya hanya 20 ton per ha. Pekebun medians memanen 12 ton lebih banyak per ha dibanding jika menanam atlantik. Saat ini dengan harga jual ditingkat petani Rp5.400 per kg, selisih omzet mencapai Rp64-juta per ha. Bobot umbi per tanaman pun mencapai 1,038 gram, lebih tinggi dibanding atlantik yang rata-rata 895 gram umbi per tanaman.

Berdasarkan hasil uji coba Balitsa, tanaman medians lebih tinggi dibanding atlantik. “Tingginya mencapai 73,50 cm, atlantik hanya 60 cm,” ujar Kusmana. Selain itu Kudori juga menghemat biaya pengadaan bibit untuk penanaman berikutnya. Itu karena bibit medians bisa ditanam hingga 4 kali, sedangkan atlantik hanya 3 kali. Pekebun memerlukan 1.600 kg bibit per ha.

Keunggulan medians bukan hanya sebatas itu. Industri keripik pun mengakui kualitas medians sebagai kentang olahan yang mendekati atlantik. Selama ini atlantik menjadi primadona industri olahan kentang lantaran total solid umbi atlantik mencapai 22—25%, sehingga sangat renyah jika digoreng. Selain itu, kandungan gula kentang atlantik cukup rendah. Saat digoreng, warna tidak berubah, tidak mudah tengik, tahan simpan, dan tidak banyak menyerap minyak.

Tekstur renyah

534_ 93-3Dilihat dari indikator standar bahan baku industri olahan, medians memiliki kualitas yang cukup bersaing. Total solid umbi medians mencapai 30% dengan karbohidrat 12,32%, gula reduksi 0,034% (standar industri <0,5%), dan kadar air 78,17%. Kandungan karbohidrat atlantik hanya 11,053%. Selain itu, gula reduksi serta kadar air atlantik lebih tinggi yaitu 0,12% dan 81,40%. Produsen keripik menyukai kentang berkadar gula rendah. Tujuannya dalam proses penggorengan keripik tidak mudah gosong.

Produsen keripik kentang di Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Iwan Rohimat, menuturkan medians memiliki tekstur renyah dan berwarna kuning terang setelah digoreng. “Dari segi rasa atlantik memang masih unggul,” ujar Iwan. Namun, pada umumnya keripik yang dipasarkan telah dicampur bumbu perasa sehingga itu tidak menjadi masalah baginya.

“Satu ton medians bisa menghasilkan 300 kg keripik, sementara atlantik hanya bisa menghasilkan 200 kg saja,” ujar Iwan yang mengalami kenaikan permintaan keripik sebesar 20% setiap tahun itu. Saat ini kapasitas produksi Iwan mencapai 15 ton per bulan, dari total permintaan 30 ton. Keunggulan medians itu tentu saja dapat menjadi peluang besar bagi pekebun kentang di tengah meningkatnya permintaan kentang olahan. Pekebun seringkali mengeluhkan ketersediaan benih kentang olahan seperti atlantik.

Kesempatan itu ditangkap cepat oleh Kudori untuk menyediakan bibit medians. “Percuma bagus jika bibit sulit didapatkan,” kata Kudori. Ia mulai mengembangkan bibit medians di 16 buah greenhouse yang masing-masing memiliki luas

700 m2. Dengan berbagai keunggulan itu Kudori kembali menanam medians pada April 2014. Medians juga menjadi pilihan para pekebun lain. Jadi jika ingin produksi menjulang dan tahan serangan busuk daun akibat Phytopthora infestans, maka medians menjadi jalan tengah. Dua harapan itu tersatukan. (Rizky Fadhilah)

 

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Teknik Budidaya Benih Kentang Bertingkat Di Kabupaten Karo : Panen Hingga 40 Ton Umbi Kentang Per Hektare

Trubus.id— Budidaya kentang bertingkat meningkatkan produksi benih. Itulah yang dirasakan penangkar benih kentang di Desa Bukit, Kecamatan Dolat Rayat,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img