Trubus.id— Kerapu Tiktang bisa menjadi pilihan bagi peternak. Kerapu hibrida anyar itu memiliki keunggulan pertumbuhan cepat. Menurut periset kerapu dari Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Jawa Timur, Ahmad Bohari Muslim, S.P., M.Si., untuk mencapai bobot 500 g, hanya butuh waktu 5 bulan dari ukuran tebar 10 cm.
Pertumbuhan kerapu anyar itu lebih cepat dibandingkan dengan kerapu macan yang butuh waktu 8 bulan untuk mencapai bobot 500 g. Nama kerapu tiktang mengacu pada “kedua” orang tuanya.
Tiktang hasil persilangan antara kerapu batik (Epinephelus polyphekadion) sebagai induk betina dan kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) sebagai pejantan. Namun hingga kini, kerapu tiktang masih belum dilirik para konsumen.
“Pasar masih mencari kerapu cantang. Tiktang masih belum ada yang budidaya karena permintaan juga belum ada,” kata Muslim peneliti yang mulai menekuni kerapu sejak 1998.
Kerapu tiktang lebih mirip kerapu cantik yang lebih familiar di kalangan pembudidaya kerapu. Namun, kepopuleran kerapu cantik (hasil hibridisasi antara kerapu macan dan kerapu batik) masih kalah dengan kerapu cantang.
Pembudidaya kerapu di Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Monir, menuturkan hal senada. Kerapu cantang lebih diminati dibandingkan dengan kerapu cantik dan tiktang.
“Karena sosok tiktang mirip dengan cantik, pasarnya masih sepi,” katanya.
Pasar kerapu cantang yang lebih luas dibandingkan dengan cantik. Cantang bisa dijual dalam bentuk segar maupun filet. Pasarnya pun bisa untuk ekspor. Kalau cantik hanya untuk konsumsi di restoran-restoran dalam negeri.
“Apalagi saat pandemi, banyak restoran yang tutup. Otomatis permintaan kerapu cantik berkurang sekali, jadi semakin sepi peminatnya,” kata Monir. Namun, jika sosialisasi kerapu tiktang lebih gencar dilakukan tidak menutup kemungkinan kerapu itu diminati konsumen.