Trubus.id— Barisan tanaman anggur tumbuh seragam dengan percabangan rapi. Tajuk tanaman rimbun dengan dedaunan hijau segar. Di beberapa cabang bergelayut dompolan buah siap panen berbobot sekitar 1 kg. Di cabang lain dompolan buah tampak masih remaja. Itulah panorama di Sawarga Grape, kebun anggur milik Andi Sugiri.
Pekebun di Kota Bogor, Jawa Barat, itu mengebunkan anggur meski curah hujan tinggi, 3.500—4.000 mm per tahun. Meski demikian tanaman anggota famili Vitaceae itu justru berbuah susul-menyusul. Bisa dibilang hampir selalu ada buah di kebun sepanjang tahun.
Andi mebudidayakan anggur secara intensif di lahan 600 m² sehingga tanaman tumbuh sentosa. Total populasi 60 tanaman. Alumnus Institut Pertanian Bogor itu membagi kebun menjadi dua blok untuk mengatur pembuahan sepanjang tahun.
Blok pertama berisi tanaman yang dibudidayakan dengan sistem rambatan para-para. Pada sistem para-para, Andi mengembangkan jenis anggur yang terbukti genjah di iklim tropis seperti ninel, akademik, dan transfigurasi.
Sementara pada blog kedua berisi tanaman yang dibudidayakan dengan sistem rambatan teralis. Jenis anggur di blok kedua seperti wings, tamaki, dan gosv. Andi menuturkan supaya selalu ada buah di kebun, jadwal pemangkasan sebuah keharusan.
Menurut Andi masa pematangan buah anggur 90—120 hari setelah pemangkasan (HSP). Sesungguhnya tidak ada patokan baku waktu pangkas antartanaman. Musababnya, pemangkasan dilakukan sesuai kondisi tanaman.
Andi rutin mengontrol kondisi setiap tanaman. “Prinsipnya setiap selang waktu 2 bulan dari pemangkasan pohon pertama maka segera dilakukan pemangkasan ke pohon lain. Pemangkasan bisa dilakukan pada tanaman dalam satu blok, bisa juga antarblok,” ujarnya.
Percabangan potensial yang menghasilkan buah adalah cabang tersier dengan ukuran minimal sebesar pensil, berkayu, dan pertumbuhan baik. Sejatinya sistem rambatan para-para memungkinkan panen buah lebih sering dibandingkan dengan sistem teralis. Musababnya, ruang tumbuh cabang tersier pada para-para lebih luas dibandingkan dengan sistem teralis.
“Tantangan berkebun anggur di Indonesia adalah menahan pertumbuhan vegetatif tanaman,” kata Andi.
Oleh karena itu, pemangkasan dan pembuangan pucuk harus sering dilakukan sehingga energi tanaman mengalir untuk pembuahan. Andi juga segera memangkas cabang terinfeksi supaya tidak menular ke tanaman sehat.
Pemeliharaan tanaman berupa kebersihan kebun dilakukan teratur untuk menjaga performa kebun. Kebun bersih, sehat, dan mendapat sinar matahari penuh menjadi tempat nyaman bagi pertumbuhan anggur.