Trubus.id — Balai Penelitian Peternakan (Balitnak) merilis ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) Narayana Agrinak sebagai ayam dwiguna atau pedaging-petelur. Narayana sejatinya perbaikan genetik dari KUB-1 yang rilis pada 2014.
Pasalnya, produksi telur KUB-1 rendah hanya 160–180 butir per ekor setahun. Produksi rata-rata 50 persen. Bandingkan dengan produksi telur Narayana 200 butir per ekor setahun. Produksi telur 60 persen. Artinya, dari 100 ayam betina dewasa, 60 ekor di antaranya bertelur setiap hari.
Narayana bertelur perdana pada umur 154–156 hari. Produksi telur ayam Narayana saat fase puncak mencapai 70–75 persen. Dr. Ir. Tike Sartika, M.Si., pemulia ayam Narayana, mengatakan, tingkat mengeram ayam rendah hanya 5 persen.
Tike juga menguji multilokasi ayam itu di PT Intama Taat Anugrah, PT Sumber Unggas Indonesia, dan Danish Farm di Sukabumi. Produksi telur di PT Intama 69–81 persen. Sementara itu, di Danish Farm ataupun PT Sumber Unggas puncak produksi hanya 60 persen.
Berdasarkan hasil itu, Tike mengatakan, Narayana memiliki potensi produksi telur yang baik, bergantung pada sistem pemeliharaan. Sebagai ayam pedaging, peternak bisa memanen Narayana saat berumur 60 hari dengan bobot 800–900 gram sesuai permintaan pasar.
Pada umur 70 hari Narayana jantan berbobot 1 kg dan betina 0,8 kg. Bandingkan dengan KUB-1 bobot jantan hanya 0,8 kg dan betina 0,6 kg. Rasio konversi pakan 2,6. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging peternak hanya membutuhkan 2,6 kg pakan.
Menurut Tike, FCR 2,6 itu dicapai jika peternak memberikan pakan komersial atau pabrikan. Sebetulnya, Narayana bisa mengonsumsi pakan campuran nonkomersial. Namun, dampaknya pertumbuhan lambat.
Doktor Peternakan alumnus Institut Pertanian Bogor itu menuturkan, Narayana mudah dikenali dari sifat khas atau fenotipe seperti warna kaki hitam, abu-abu, dan kehijauan.