Trubus.id— Pisang kepok keling sangat terkenal di tengah masyarakat Kota Tebingtinggi, Sumatra Utara. Disebut kepok keling karena warna kulit buah hijau kehitaman. Pisang kepok keling merupakan kekayaan asli (indigenous) Kota Tebingtinggi.
Pisang itu sangat berbeda dengan varietas kepok bangun sari dari Sumatra Utara juga yang berbobot maksimal 40 kg per tandan. Keunggulan pisang kepok keling antara lain bobot buah lebih dari 60 kg per tandan terdiri atas lebih dari 16 sisir.
Produksi buah pisang kepok keling mencapai 35—60 kg per tanaman per tahun setara maksimal 120 ton (2 kali panen/tahun/ rumpun). Daya simpan buah itu 12—15 hari pada suhu 28—32°C. Panjang buah 19 cm dan berbobot 250 g per buah.
Pisang itu mengandung 29,12—30,77% karbohidrat, 9,80—9,98 mg kalsium, dan 9,8—9,9 mg kalium. Pisang itu tidak terlalu manis dengan tingkat kemanisan 26,5—27,5°briks. Adapun bagian yang dapat dimakan mencapai 55—60%.
Oleh karena itu, pisang kepok keling cocok untuk industri olahan seperti keripik, sale, dan tepung. Selain itu tanaman pisang kepok keling juga mudah tumbuh di mana saja mulai di dataran rendah dekat pantai hingga dataran tinggi berelevasi lebih dari 750 meter di atas permukaan laut (m dpl).
Begitu pun curah hujan, dari 1.500—3.800 mm per tahun dan suhu 22—30°C, kepok keling tetap adaptif. Selain itu pisang kepok keling adaptif di berbagai kondisi lingkungan dan berbuah tanpa mengenal musim sehingga merupakan sumber bahan makanan sepanjang tahun.
Berdasarkan keunggulan itu pisang kepok keling memiliki peranan penting dalam ketahanan pangan terutama sebagai solusi dalam persoalan rawan pangan. Keberadaan pisang kepok keling di Kota Tebingtinggi tersebar di 5 kecamatan.
Pengembangan pisang kepok keling di Kota Tebingtinggi sangat baik pada masa mendatang. Alasannyaa luas daerah dan masyarakat yang bekerja di sektor pertanian cukup besar (45%). Hal itu didukung iklim dan curah hujan yang baik untuk perkembangan pisang kepok keling.
