
Kurma KL-1 berumur 20 bulan berbuah lebat. Pohon terbukti lebih genjah.
Lima tandan buah menjuntai dari satu pohon kurma varietas KL-1 betina yang tumbuh di kebun penelitian dan pengembangan (litbang) Indonesian Date Palm Association (IDPA) Riau di Pekanbaru, Provinsi Riau. KL-1 salah satu varietas kurma yang adaptif di negara tropis.

Kurma KL-1 yang berbuah di kebun litbang IDPA Riau itu lebih genjah dibandingkan dengan KL-1 di negara asalnya di Thailand. Alwi Muhammad dari IDPA Riau bersama tim menanam pohon kurma itu pada Oktober 2016. Artinya pohon baru berumur 20 bulan setelah tanam. Alwi menuturkan, pohon itu dari bibit asal biji berumur sekitar 1 tahun. “Jadi total umurnya kurang dari 3 tahun kalau dihitung sejak semai biji,” tutur Alwi.
Bunga kedua
Alwi menuturkan di negara asalnya, KL-1 biasanya berbuah perdana pada umur setelah 3—4 tahun. Pada pembuahan itu sejatinya muncul 8 tandan. Namun, tiga tandan muncul terakhir. Saat ahli kurma dunia asal Irak, Prof. Dr. Abdulbasit Oudah Alimam, berkunjung ke kebun litbang IDPA Riau, menyarankan untuk memotong ketiga tandan bunga yang muncul terakhir.
“Bunga harus dipotong karena pertumbuhannya akan terlambat. Dengan begitu nutrisi menjadi fokus untuk pembesaran buah yang muncul lebih dahulu,” ujar Alwi. Pada 2018 empat bunga kembali muncul. Namun, kali ini ia mempertahankan keempat bunga baru yang muncul. Kurma KL-1 berbuah lebih genjah di kebun IPDA Riau sebagai hasil dari perawatan intensif yang dilakukan Alwi dan rekan.
Sebelum penanaman, Alwi mencampurkan 1,5 kg dolomit per lubang tanam untuk menetralkan tanah yang asam. Ia juga menambahkan 2—3 kg pupuk kandang per lubang tanam sebagai pupuk dasar. Selanjutnya Alwi memberikan pupuk lanjutan berupa pupuk kandang dan dolomit berdosis sama setiap 3 bulan sekali.
Selain itu Alwi juga menambahkan pupuk NPK berimbang setiap 4 bulan. Dosis pemupukan sesuai dengan umur tanaman. Saat tanaman berumur kurang dari setahun, ia memberikan hanya 250 g NPK per pohon. Namun, ketika pohon berumur 2 tahun dosis NPK pun bertambah menjadi 500 g per pohon.
Pupuk hayati
Selain itu Alwi juga memberikan pupuk hayati cair setiap tiga bulan. Ia mencampur 1 liter pupuk hayati dengan 80 liter air, mengaduk rata, lalu menyiramkannya di sekitar area perakaran kurma. “Setiap pohon rata-rata memperoleh 10 liter larutan pupuk hayati,” ujarnya. Alwi menggunakan pupuk hayati majemuk ber-pH 7,4 yang mampu menetralkan pH tanah dan udara.

Pupuk organik cair bening itu juga mengandung 2,4 x 10 pangkat 7 CPU Azospirillum sp./ml, 4,2 x 10 pangkat 9 CPU Azoctobacter sp./ml, 2,15 x 10 pangkat 4 CPU Bacillus sp/ml. Kombinasi ketiga bakteri penambat nitrogen itu mampu menambat nitrogen dari udara dengan aktivitas nitrogenase—enzim yang berperan dalam proses penambatan nitrogen—mencapai 5,77 μmol/ml/jam. Aktivitas ketiga jenis bakteri baik itu mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti indole acetic acid (IAA).
Pupuk hayati yang Alwi gunakan mengandung 131—181 ppm IAA. Menurut Oslan Jumadi dari Jurusan Biologi Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan, IAA adalah fitohormon golongan auksin alami yang berperan sebagai zat pemacu pertumbuhan tanaman.
Alwi juga memberikan larutan bioaktivator berkonsentrasi 5 ml per liter air sebulan sekali. Menurut Aminah Sarwa Endah dari Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto, bioaktivator adalah bahan aktif biologi berupa mikoorganisme efektif yang digunakan untuk meningkatkan akitivitas pengomposan atau penguraian bahan organik.
Rasio C/N
Penambahan bioaktivator itulah yang diduga merangsang kurma KL-1 berbuah lebih cepat. Menurut ahli nutrisi di Jakarta, Yos Sutiyoso, tanaman buah akan beralih dari fase vegetatif ke generatif bila rasio karbon dan nitrogen (rasio C/N) pada tanaman tinggi. Oleh sebab itu, pasokan nitrogen harus dikurangi. Beberapa pekebun biasanya menggunakan paklobutrazol untuk merangsang tanaman berbuah.
Di sisi lain fotosintesis tetap berlangsung sehingga rasio C/N pada tajuk tinggi. Akibatnya setelah titik tumbuh pulih yang keluar calon bunga, bukan daun baru. Pada kasus kurma, pemberian bioaktivator menekan perkembangan mikroorganisme penambat nitrogen.
Sebelumnya Alwi memang memberikan bioaktivator itu sepanjang fase vegetatatif tanaman. Dampak penekanan mikroorganisme itu adalah pasokan nitrogen menjadi berkurang sehingga tanaman kerabat kelapa itu terangsang memasuki fase generatif atau berbunga. Alwi juga mengurangi pasokan nitrogen dengan beralih menggunakan pupuk NPK yang mengandung fosfor (P) dan kalium (K) lebih tinggi berdosis sama.
Menurut dosen fisiologis tanaman di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Ir. Edhi Sandra, M.S., tanaman yang mengalami masa kering membuat pasokan nitrogen berkurang sehingga jumlah nitrogen pada tajuk tanaman menjadi lebih kecil daripada karbon. Itulah sebabnya beberapa pekebun juga kerap melakukan stres air untuk merangsang tanaman berbuah. (Imam Wiguna)