Trubus.id—Murai batu dalam setahun bertelur sampai 8 kali dengan jumlah 3—4 butir per periode. Di alam paling banyak 2 kali. Sayangnya, murai batu terbilang burung yang paling sulit ditangkarkan dibanding burung ocehan lain.
Meskipun begitu, berikut ini ada beberapa cara agar Anda sukses menangkarkan murai batu. Memilih induk berkualitas. Bibit, bebet, dan bobot mutlak diketahui untuk memilih indukan.
Calon pejantan yang baik harus mempunyai suara tajam, bening, volume besar, dan mental bertempur tinggi. Betina juga jika memungkinkan harus mempunyai kriteria seperti jantan. Oleh karena itu indukan bermutu disarankan berasal dari burung juara atau berdarah juara.
Namun, untuk mendapatkan burung juara harganya terlampau tinggi. Cara yang lebih murah adalah membeli anakan dari penangkar burung juara. Anakan itu dikawinkan setelah berumur lebih dari 2 tahun.
Indukan hasil tangkapan alam boleh dipakai. Namun, itu berisiko karena anakan yang dihasilkan tidak menjamin berkualitas kontes. Anakan kualitas kontes bisa dihasilkan dari induk tangkapan alam yang mempunyai kriteria fisik baik .
Penggemar burung mengenal berbagai jenis murai batu sesuai daerah asalnya. Murai batu medan, misalnya, berbeda dengan yang asal Lampung. Itu terlihat dari bentuk fisik, intonasi, dan besar kecilnya suara.
Untuk calon indukan sebaiknya pilih murai batu medan. Inilah yang terbaik di Indonesia lantaran bentuk tubuh lebih besar, volume keras, dan variasi suara lebih beragam. Calon induk yang baik bertubuh besar dan panjang.
Pada saat berkicau, ia terlihat gagah, anggun, dan menarik. Anakan yang diturunkan biasanya bertubuh besar dan panjang pula. Itu dapat mempengaruhi mental burung lain saat lomba. Untuk memastikan calon induk bertubuh besar maka harus dibandingkan dengan bakalan murai batu lain.
Ekor murai batu menentukan daya tempur saat berlaga. Saat berkicau murai batu akan menggerak-gerakan ekor ke atas dan ke bawah. Ekor yang terlalu besar dan panjang membuatnya cepat lelah kala berkicau.
Masalahnya, murai batu medan ekornya panjang melebihi tubuh. Itu bisa diatasi dengan memilih murai batu berekor lurus dan rapat. Paling tidak bertipe sedang di pangkal, besar di ujung, dan besar di tengah (sedang-besar-besar).
Hindari ekor bercabang dan memiliki tipe sedang—besar semakin besar. Bentuk paruh diyakini menentukan besar kecilnya volume kicauan. Pilih yang berparuh panjang dan lurus. Burung seperti itu biasanya memiliki kicauan yang besar, keras, dan tajam.
Jika paruh agak tebal suaranya kurang tajam. Kebanyakan bentuk kepala murai batu agak bulat. Walau agak sulit, sebaiknya mencari kepala yang agak gepeng dan tidak terlalu bulat. Bentuk seperti itu dapat menunjang penampilan dan gaya burung waktu berkicau.
Apalagi bila ditunjang dengan leher panjang, kicauannya panjang, sambung menyambung, keras, dan tajam. Selain itu gaya saat berkicaunya lebih bagus daripada kalau berleher pendek. Aspek fisik lain yang juga penting diperhatikan adalah mata.
Bentuk mata yang baik, bulat, dan agak panjang. Mata itu juga harus sehat dan tidak cacat. Hindari murai batu bermata belo karena banyak hobiis beranggapan murai seperti itu takut orang.