Thursday, January 23, 2025

Kisah Kerabat Ratu Buah

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus — Sinar mentari begitu terik saat Trubus menyusuri hutan di Kecamatan Nyuatan, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Meski terlindung tajuk pepohonan, udara siang itu begitu menyengat sehingga menguras keringat. Penelusuran di rimba itu untuk mengetahui aneka jenis buah endemik di Kalimantan Timur. Berdasarkan informasi dari aktivis lingkungan asal Samarinda, Kalimantan Timur, Akhmad Wijaya, di kawasan hutan di Kutai Barat buah endemik bagian timur Pulau Borneo itu tengah berlimpah.

Sabek bora alias mundar Garcinia forbesii. (Dok. Trubus)

Saat menyusuri semak dan ranting pohon tumbang, warga setempat yang memandu perjalanan, Eko Suryanto Kerwili, tiba-tiba menunjuk dompolan buah berwarna merah terang di sebuah ranting pohon. “Itu buah sabek bora,” tuturnya. Nama itu diambil dari bahasa suku Dayak Benuaq yang menghuni Kecamatan Nyuatan. Dompolan buah itu tak lagi utuh karena sebagian buah jatuh ke tanah lantaran terlalu matang.

Warna buah seukuran telur itu mirip mundar Garcinia forbesii. Bentuk buahnya cenderung lonjong. Eko lalu membelah buah menggunakan pisau. Kulit buah sabek bora itu lembut sehingga mudah dibelah. Saat terbelah tampak septa berwarna putih persis seperti manggis Garcinia mangostana. Trubus penasaran dengan rasanya, sehingga mencicip salah satu septa. Rasanya sangat masam sehingga membuat mata terpejam begitu septa tercecap lidah.

Uniknya, kulit buah sabek bora itu lembut sehingga dapat disantap. Namun, rasanya sama-sama masam seperti daging buahnya. Menurut ahli botani di Kota Bogor, Jawa Barat, Gregori Garnadi Hambali, red mangosteen—sebutan lain mundar—memang banyak tumbuh di Pulau Borneo. “Di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat mundar tumbuh liar di pekarangan rumah atau kebun milik penduduk. Di Kalimantan Timur juga banyak tumbuh di hutan-hutan,” ujarnya.

Mundar dapat berbuah meski ditanam dalam pot di kebun M. Reza Tirtawinata. (Dok.M. Reza Tirtawinata)

Sayangnya rasanya yang masam membuat buah itu tak pernah dikonsumsi sebagai buah segar. “Mundar yang bercita rasa masam mungkin lebih cocok di lidah orang asing. Orang kita menyukai rasa manis,” ujar Dr. Mohamad Reza Tirtawinata, MS, yang juga mengoleksi mundar. Padahal, tanaman anggota famili Clusiaceae itu tergolong adaptif meski ditanam di luar habitat aslinya di alam.

Contohnya di kebun Taman Wisata Mekarasari (TWM) di Cileungsi, Kabupaten Bogor. Reza menuturkan TWM mengebunkan mundar pada 2003. Kerabat manggis itu mulai belajar berbuah pada umur 4 tahun meski bibit tanaman asal biji. Di TWM 80 pohon mundar rajin berbuah setiap Maret—Mei. Mundar juga dapat tumbuh optimal dan rajin berbuah meski ditanam dalam pot.

Itu terbukti di kebun Reza di Cijeruk, Kabupaten Bogor. Mundar tumbuh sentosa dalam pot berisi media tanam campuran tanah dan kompos dengan perbandingan sama. Tanaman itu hanya memperoleh nutrisi berupa sesendok makan pupuk NPK berimbang setiap 6 bulan. “Mundar  tanaman liar sehingga mudah tumbuh meski tanpa perawatan intensif,” kata doktor alumnus Institut Pertanian Bogor.

Reza menuturkan, karena rasa buahnya yang masam, mundar lebih cocok bila diolah menjadi minuman yang menyegarkan dengan tambahan gula agar tidak terlalu masam. “Mundar dapat menjadi minuman kesehatan karena mengandung antioksidan dari kulitnya yang berwarna merah,” tuturnya. Itu terbukti dalam riset Rahmi Muthia dan rekan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Borneo Lestari di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Rahmi menguji aktivitas antioksidan kulit buah mundar. Hasilnya kulit mundar secara kualitatif menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang ditandai dengan noda kuning pada plat kromatografi lapis tipis (KLT) setelah disemprot dengan larutan 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH) 0,1mM. Adapun hasil uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif menunjukkan ekstrak etanol 30% kulit buah mundar menghambat separuh radikal bebas dengan nilai inhibitory concentration (IC50) 717,01 ppm.

Button mangosteen atau Garcinia prainiana, kulitnya lunak dan dapat dikonsumsi. Rasanya kombinasi manis asam menyegarkan.

Daya hambat radikal bebas ekstrak etanol 70% kulit buah mundar lebih baik. Nilai IC50 hanya 534,69 ppm. Makin kecil nilai IC50, maka kian kuat daya hambat radikal bebas. Menurut Rahmi antioksidan kulit buah mundar berasal dari kandungan flavonoid, asam organik (asam malat, asam tartrat, asam sitrat, dan asam asetat), dan vitamin C. Ekstrak tanaman yang memiliki senyawa fenolat dan flavonoid bersifat antioksidan yang lebih efektif daripada antioksidan sintetis.

Mundar Garcinia forbesii hanya salah satu dari sejumlah kerabat manggis yang tumbuh di tanah air. Menurut mantan peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tahan Uji, berdasarkan hasil pengamatan 476 spesimen herbarium jenis-jenis Garcinia (Garcinia spp.) yang disimpan di Herbarium Bogoriense dan studi pustaka, terdapat 64 spesies Garcinia di seluruh Indonesia.

Dari jumlah itu sebagian besar tumbuh di Pulau Kalimantan, yakni mencapai 25 jenis. “Oleh sebab itu Kalimantan menjadi pusat keanekaragaman jenis Garcinia di Indonesia,” tuturnya. Adapun di Pulau Sumatera dan Sulawesi masing-masing hanya 22 jenis, Maluku dan Papua masing-masing 17 jenis, Jawa 8 jenis, dan Nusa Tenggara 5 jenis. Tahan Uji menuturkan dari ke-64 jenis Garcinia itu hanya 22 jenis yang buahnya dapat dikonsumsi atau edible fruits.

Salah satu jenis yang sangat populer dan banyak dikebunkan adalah manggis Garcinia mangostana. Manggis menjadi buah favorit lantaran rasa buahnya yang manis dan menyegarkan. Di beberapa daerah, buah yang kerap mendapat julukan si ratu buah itu menjadi komoditas unggulan lantaran menembus pasar ekspor. Adapun kerabat manggis lain yang edible biasanya dikonsumsi sebagai olahan lantaran rasa buahnya yang masam. Contohnya asam kandis Garcinia xanthocymus yang berkulit dan berdaging buah kuning.

Buah button mangosteen atau Garcinia prainiana yang tumbuh di Tropical Fruit Farm, Pulau Pinang, Malaysia. (Dok. Trubus)

Masyarakat Sumatera Barat kerap memanfaatkan asam kandis sebagai bumbu masakan pengganti asam jawa lantaran rasanya yang sangat masam. Mereka memanfaatkan kulitnya, sedangkan daging buahnya dibuang. Mereka menjemur kulit asam kandis hingga kering sebelum digunakan sebagai bumbu. Menurut peneliti Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu) di Solok, Sumatera Barat, Drs. Jawal Anwaruddin Syah, M.S., asam kandis juga banyak tumbuh di hutan-hutan di wilayah Jambi dan Bengkulu.

Di tanah air sebutan asam kandis juga kerap digunakan untuk Garcinia parvifolia. Belum diketahui pasti penyebab kedua spesies itu memiliki sebutan yang sama. Dalam beberapa literatur ilmiah juga menyebutkan nama asam kandis merujuk pada G. parvifolia. Kerabat manggis itu memiliki banyak faedah yang teruji secara ilmiah. Contohnya pada beberapa penelitian yang dilakukan di Universitas Kebangsaan Malaysia yang meriset khasiat asam kandis Garcinia parvifolia.

Para periset berhasil mengisolasi senyawa rubraxanthone dan isocowanol dari daging buah kerabat manggis itu. Kedua senyawa itu terbukti bersifat antiplatelet sehingga mampu mencengah penyempitan pembuluh darah karena menumpuknya keping darah atau trombosit. Gejala itu biang keladi penyakit degeneratif seperti strok. Daunnya berkhasiat antibakteri.

Senyawa parvifoliquinone, parvifoliols B, C, E, garcidepsidone B, nigrolineaisoflavone A, dan mangostinone yang terkandung di dalamnya ampuh melawan Staphylococcus aureus. Bakteri itu penyebab radang paru-paru, meningitis alias radang selaput otak, osteomielitis atau infeksi tulang, dan infeksi saluran kemih pada manusia. Akar, kulit batang, daun, dan buah kerabat sang ratu buah itu juga bermanfaat antimalaria, antioksidan, serta bersifat sitotoksik terhadap bakteri.

Saat berkunjung ke Tropcial Fruit Farm di Pulau Pinang, Malaysia, Trubus menjumpai buah kerabat manggis yang juga mendapat sebutan kandis. Buahnya berbentuk bulat pipih dengan kulit berwarna jingga. Menurut Greg Hambali sosok buah kerabat nyamplung itu mirip Garcinia prainiana. “Namun, ukuran buah button mangosteen (sebutan G. prainiana, red) biasanya kecil-kecil, diameter 3—4 cm,” kata Greg. Sementara yang dijumpai lebih besar. Diameter buah mencapai 5—6 cm.

Kandis manis yang ditemukan di Hutan Harapan, Jambi, bentuk buah mirip asam kandis, tapi rasanya manis. (Dok. Trubus)

Pemilik Tropical Fruit Farm, Quah Ewe Kheng, menyebut anggota famili Clusiaceae itu sebagai kandis. Begitu dibelah, di bagian dalam buah terdapat 6—7 septa, seperti pada manggis Garcinia mangostana yang dijuluki ratu buah. Namun, daging buah berwarna jingga. Uniknya, kulit buah lunak sehingga dapat dikonsumsi. Begitu dicicip rasa buah dominan masam menyegarkan. Sebutan kandis juga Trubus jumpai saat menemukan kerabat manggis dalam perjalanan menelusuri buah hutan di Hutan Harapan, Provinsi Jambi.

Dalam perjalanan itu Trubus bersama tim dari PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI), perusahaan yang mengelola Hutan Harapan, menemukan buah seukuran telur puyuh yang berserakan di lantai hutan. Trubus pun mengambil salah satu buah yang masih utuh. Ciri khas kerabat manggis terlihat di buah itu, yakni kuping di pangkal buah dan cupat di ujung buah. Namun, ukuran kuping dan cupat sangat kecil sehingga perlu ketelitian untuk mengamatinya.

Beberapa orang menyukai
buah asam gelugur matang
karena rasanya menyegarkan. (Dok. Trubus)

Buah yang sudah matang berwarna jingga. Kulit buahnya lunak sehingga mudah dikupas walau tanpa bantuan pisau. Ciri khas kerabat manggis juga terlihat pada daging buah yang terdiri atas beberapa pasi. Yang mengejutkan, buah yang mirip asam kandis itu berasa manis saat disantap. Manajer Komunikasi PT REKI yang menjadi pemandu, Surya Kusuma, menyebut buah itu kandis manis. Sebutan itu ia sematkan mungkin karena rasanya yang manis, tapi buah mirip asam kandis.

Kerabat manggis lain yang juga kerap dimanfaatkan masyarakat adalah asam gelugur Garcinia atroviridis. Buah asam gelugur tergolong unik bila dibandingkan dengan kerabat manggis lainnya. Bentuk buahnya berbelimbing. Faedahnya mirip asam kandis. Masyarakat di Pulau Sumatera mengeringkan kulit asam gelugur muda, lalu menggunakannya sebagai bumbu pengganti asam jawa karena rasanya yang sangat masam seperti asam kandis.

Sebagian masyarakat menyukai buah asam gelugur matang karena rasanya yang menyegarkan. Di Malaysia asam gelugur ramai diteliti lantaran faedahnya untuk kesehatan, salah satunya sebagai pelangsing yang menjadi dambaan kaum hawa. Menurut Tahan Uji, 21 jenis Garcinia lain yang tidak edible, ternyata berpotensi sebagai sumber kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan mebel dan bangunan rumah.

Beberapa jenis Garcinia juga berpotensi sebagai pohon peneduh pinggir jalan, tanaman hias, reboisasi, pencegah erosi, dan sumber makanan bagi satwa liar. Ada kerabat manggis bernama kandis watu G. picrorhiza yang berfaedah bagi lingkungan. Akarnya bersifat ekspansif sehingga mampu menahan tanah. “Jenis itu sangat cocok ditanam di daerah yang rawan erosi,” tuturnya.

Ada juga kerabat manggis bernama kemejing Garcinia morella yang dapat dimanfaatkan getahnya. Caranya rebus getah dalam terpentin. Rebusan itu menghasilkan pernis berwarna cokelat kekuningan untuk mengecat mebel. Betapa melimpah faedah kerabat si ratu buah. Sayangnya, beberapa spesies mulai langka. (Imam Wiguna)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Sang Juara  Festival II Durian Padang Ulak Tanding

Trubus.id–Festival Durian II yang berlangsung di Pasar Padang Ulak Tanding (PUT),  Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu pada 19–20 Januari 2025...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img