Trubus.id—“Produk durian kami sudah menjangkau pasar Tiongkok,” ujar pengelola klaster durian di Desa Suli Indah, Kecamatan Balinggi, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, Ni Kadek Puspayani. Klaster durian di Desa Suli Indah terakhir memasok 24 ton (1 kontainer) durian kupas beku ke Tiongkok pada Oktober 2023. Mereka tidak mengekspor langsung, tetapi melalui mitra eksportir di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
Konsumen di Tiongkok menghendaki durian montong beku hasil kupasan dengan biji. Cita rasa manis dan tidak rusak. Kemudian Puspa—sapaan akrab Ni Kadek Puspayani— mengemas durian beku itu dalam wadah plastik bening 5 kg (kemasan koral). Pasokan minimal jika ingin memasok pasar ekspor yaitu 24 ton (1 kontainer) durian kupas beku per pekan. “Memang tidak rutin ekspor hanya jika panen raya atau produksi terpenuhi,” kata Puspa.
Durian beku
Saat panen raya (Februari—Mei) produksi klaster durian Desa Suli Indah mencapai 5—8 ton per hari. Puspa dan anggota klaster mengolah setengah hasil panen dalam bentuk durian kupas dan pasta. Sisanya mereka jual dalam bentuk buah utuh.
Di luar panen raya pasokan paling banter 0,5—2 ton durian. Dengan inovasi itu produk durian menjadi kian awet dibandingkan dengan menjual durian utuh. Masa simpan durian kupas beku mencapai 6 bulan. Dari 3 kg buah durian menghasilkan 1 kg durian kupas berbiji.
“Jika ingin dikonsumsi, simpan 2—3 jam pada suhu ruang dan segera dihabiskan,” kata pebisnis durian olahan sejak 2012 itu.
Cita rasa durian kurang optimal jika tersimpan di suhu ruang. Kapasitas produksi durian kupasan beku baru 2—3 koli saat panen raya pada 2015. Satu koli terdiri dari 75 wadah mika kemasan 500 gram. Kapasitas produksi itu berangsur-angsur meningkat seiring permintaan yang kian tumbuh.
Pada awal 2024, kapasitas produksi mencapai 20—30 koli durian kupas per hari saat panen raya. Artinya produksi melonjak 10 kali lipat dibandingkan dengan saat perdana merintis bisnis durian kupas. Dengan kata lain usaha durian kupas berkembang. Puspa dan anggota klaster tidak hanya memproduksi durian kupas beku. Produk turunan durian lainnya yakni pasta durian.
Inovasi itu memungkinkan durian terlalu matang dan tidak masuk mutu premium serta berbobot kurang dari 3 kg atau lebih dari 6 kg terserap pasar. Ukuran terlalu kecil atau besar berharga relatif rendah yaitu Rp25.000 per kg. Dengan adanya bubur atau pasta durian harga jual menjadi lebih optimal yakni Rp35.000 per kg. Masa simpan pun lebih awet mencapai 6 bulan.
Pasokan durian segar yang diolah Puspa berasal dari kebun klaster seluas 2 hektare (ha) yang berpopulasi 200 tanaman produktif. Pasokan durian juga berasal dari pekebun anggota klaster usaha. Kegiatan di kebun meliputi perawatan, pemanenan, dan penyortiran.
“Kebanyakan kegiatan di kebun dilakukan pria,” kata ibu 4 orang anak itu. Adapun kegiatan pascapanen mengolah menjadi durian kupas beku lebih banyak melibatkan kaum ibu.
Peran BRI
Menurut Puspa banyak pihak mendukung kegiatan klaster durian. Salah satu pihak yang paling berperan besar pada kemajuan industri durian di Desa Suli Indah yaitu BRI.
“Dari sejak memulai usaha, program BRI seperti pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) amat berperan membantu mengembangkan bisnis. Khususnya bagi masing-masing anggota klaster,” kata Puspa.
BRI juga memberikan dukungan dalam bentuk bantuan berupa 3 lemari es pembeku dan 1 freezer berkapasitas 1.200 liter pada 2021. Bantuan BRI itu membuat kapasitas produksi klaster durian kupas beku menjadi kian meningkat. BRI juga menyelenggarakan penyuluhan dan pameran untuk klaster durian di Desa Suli Indah.
“Kami juga kerap mengikuti pameran atas rekomendasi dari BRI. Kegiatan itu menambah wawasan, meningkatkan promosi, dan memperluas pasar durian,” kata Puspa.
BRI jugalah yang berinisiatif membidani kelahiran klaster durian di Desa Suli Indah pada 2021. Puspa dan para pekebun durian di daerah setempat berhimpun membentuk klaster durian. Tujuannya memenuhi kebutuhan pasar durian yang kian besar.
Kegiatan itu juga berdampak terhadap pendapatan masing-masing anggota klaster. Mereka berhimpun melakukan kegiatan yang berkaitan dengan durian dari hulu (budidaya) hingga hilir (pascapanen-pemasaran).
Lantas apa target kegiatan klaster berikutnya? Menurut Puspa bidikan pasar paling menjanjikan pasar ekspor. Harap mafhum harga yang ditawarkan bisa tiga kali lipat dibandingkan dengan pasar lokal. Harga durian kupas Rp35.000 per kemasan 500 g di pasar lokal. Sementara harga yang ditawarkan pasar ekspor mencapai Rp105.000 dengan kemasan sama di tingkat petani atau produsen.
Awal usaha
Namun membidik pasar ekspor tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu konsisten menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produk. Sebelum mengelola klaster, Puspa dan suami memulai usaha durian sekadar memenuhi permintaan dari rekan pada 2012.
“Ada rekan meminta durian, baru kami carikan. Jenisnya pun masih terbatas durian lokal,” kata Puspa. Pasokan kala itu tergantung permintaan, rerata 500 buah durian per sekali pengiriman ke Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, saban bulan.
Barulah pada 2015 Puspa mengenal durian montong. Saat itu banyak penjual durian yang mengeluhkan hasil panen tidak terserap pasar di kota-kota besar di tanah air. Apalagi daya tahan durian montong paling banter 5 hari pada suhu ruang. Setelah itu kualitas durian menurun.
Puspa pun berinovasi mengupas, menyimpan dalam wadah mika, dan membekukan durian. Sejak saat itulah bisnis durian kupasan beku di Desa Suli Indah mulai berkembang hingga kini. (Muhamad Fajar Ramadhan)