Padahal umurnya terbilang muda, 1 tahun 5 bulan. “Tubuh sempurna dan proporsional. Corak merah sangat kuat,” ujar Tanaka, juri profesional asal Jepang. Gelar young champion langsung disandang sebagai gelar perdananya.
Wajar jika kohaku milik Sakai Fish Farm itu menyandang gelar terbaik. Bertarung melawan puluhan jenis kohaku, sanke, dan showa andalan para penangkar di negeri Sakura, kesempurnaan fi sik mental juara kohaku itu tak pudar.
Tak ada yang meragukan kecantikan koi jepang itu. “Walaupun masih muda, tapi struktur tubuhnya sangat bagus,” ujar Winarso Tanuwidjaya, yang sempat menyaksikan perlombaan itu. Menurutnya, selain bertubuh bongsor, sisik putih bak salju tampak indah. Corak hi alias merah yang solid dan terang laksana permata merah delima. Itulah sebabnya sebutan koi ruby melekat.
Bongsor
Selain tahan terhadap penyakit, ruby memiliki kemampuan untuk mengikuti kontes saat belia, 1 tahun. Walaupun umur muda, tapi tubuh Carrasius auratus itu bak koi dewasa. Pada umur 1 tahun, panjang tubuh bisa mencapai 30 cm. Berbeda dengan koi benibana yang mencapai ukuran besar dan jumbo pada saat berumur 3—4 tahun.
Kontes 22nd All Japan Young Koi Show pada April 2004 di Jepang adalah bukti sahih. Tampil anggun dengan performa prima, kohaku bercorak apik itu mengalahkan 60 koi kualitas terbaik di kelas 63 cm. Padahal, ikan bertotol bulat merah di kepala itu baru berumur 1 tahun 11 bulan. “Coraknya unik. Totol merah sangat terang di kepala dan ekor,” ucap kelahiran Jakarta 40 tahun silam itu.
Di kontes yang sama, darah keturunan ruby juga mengukir prestasi sebagai adult champion di kelas 58 cm. Menurut Wiwi, panggilan akrab Winarso, ruby memiliki garis antara merah dan putih alias kiwa yang sangat tegas.
Tak heran bila koi beragam corak itu kini diburu hobiis. Para penangkar menjual ruby kualitas tinggi dengan harga selangit. Untuk anakan berumur 1 tahun, hobiis harus merogoh kocek ¥1-juta atau setara Rp80-juta per ekor; anakan umur 2 tahun bernilai di atas Rp160-juta per ekor. Indukan mencapai puluhan juta yen.
Asal usul
Darah tukituke rose mengalir deras di tubuh ruby. Tukituke rose merupakan keturunan induk betina sakura yang terkenal dengan warna merah yang kuat pada era 90-an. Dari indukan itulah sosok jumbo diwariskan meski baru berumur 1 tahun. “Induk betina dominan mewariskan sifat dibanding jantan. Makanya, para penangkar mengutamakan kualitas induk betina,” kata Wiwi.
Sejak ditangkarkan 7—8 tahun silam oleh Sakai bersaudara di lembah pegunungan Hiroshima, kohaku mirip rose queen itu mulai dilirik sebagai biang untuk mendapatkan anakan berkualitas. “Ruby mewarisi merah lebih kuat dibanding induk sebelumnya,” kata Winarso.
Tak heran bila penangkar di negeri Saudara Tua itu terus meningkatkan kualitas. Kemampuan mencetak ruby relatif rendah. Dari 300.000 telur yang dihasilkan, hanya 200 ekor saja yang memiliki kualitas baik. Oleh karena itu Sakai Fish Farm tidak mau melepas indukan.
Jaga temperatur
Untuk menjaga kualitas 32 ruby, ia menganjurkan pemberian pakan tambahan seperti colour food 10%. Jika lebih bisa merusak warna putih koi. Pemberian pakan pelet 3 kali sehari cukup untuk memenuhi nutrisi. “Pakan yang mengandung probiotik bagus untuk pertumbuhan ikan,” kata pemilik Golden Koi Centre itu. Wajar bila ruby tangkarannya tampak sehat dan lincah.
Menurut Winarso agar ikan tidak stres dan sakit, suhu kolam dipertahankan 24—250C. Walaupun ruby tahan pada keasaman tinggi, sebaiknya pH air tidak terlalu rendah, 7—7,5 agar kualitas warna tidak turun. Kini para penangkar dan hobiis dapat merasakan pancaran energi merah dari liukan tubuh ruby. “Warna merahnya memberikan pancaran energi dan keseimbangan hidup,” kata pengusaha di bidang kontraktor itu. (Rahmansyah Dermawan/Peliput: Destika Cahyana)