Trubus.id — Selain pengobatan medis, penderita tumor payudara bisa mengandalkan herbal sebagai upaya mengharapkan kesembuhan. dr. Zuraida Zulkarnain dan rekan, dalam penelitiannya membuktikan kombinasi ekstrak delapan herbal dapat memperkecil ukuran tumor payudara jinak (fibroadenoma mammae/FAM).
Subjek penelitian periset di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, itu adalah 26 perempuan berumur 20–40 tahun. Mereka mengidap tumor payudara.
Setiap pasien mengonsumsi satu bungkus jamu setiap hari. Jamu terdiri atas 15 gram temu mangga Curcuma mangga, 7 gram daun teh Camellia sinensis, 8 gram benalu teh Scurrula sp., 10 gram kunir putih Kaempferia rotunda, dan 5 gram bidara upas Merremia mammosa.
Kedelapan herbal itu dipilih karena melewati tahap kontrol kualitas. Rebus sebungkus jamu dalam 800 ml air selama 15 menit. Setelah mendidih, saring rebusan lalu bagi menjadi 2 gelas.
Frekuensi konsumsi ramuan, yaitu satu gelas pada pagi dan sore selama 16 pekan. Setelah hari ke-112, hasil ultrasonografi (USG) medis menunjukkan ukuran tumor rata-rata menurun dari 6,47 mm menjadi 5,74 mm.
Menurut Zuraida, masyarakat khususnya di Pulau Jawa, memanfaatkan jamu itu untuk mengobati tumor secara empiris. Setiap tanaman memiliki senyawa aktif yang bersifat kemopreventif. Artinya, senyawa aktif yang terkandung mampu mencegah, menunda, bahkan melawan pertumbuhan sel kanker
“Bagian tanaman memiliki sifat antiproliferatif dan aktivitas sitotoksik. Khususnya senyawa aktif flavonoid bersifat menyerupai hormon estrogen (fitoestrogen) yang berperan menghambat dan menginduksi poliferasi tumor payudara,” jelas Zuraida.
Ia mengatakan penggunaan herbal untuk tumor, terutama tumor jinak payudara berdasarkan pengalaman empiris. Uji klinis formula herbal untuk tumor jinak payudara khususnya FAM belum pernah dilakukan di Indonesia sebelumnya.
Riset itu adalah studi percontohan untuk mengetahui khasiat jamu formula yang dikembangkan B2P2TOOT terhadap ukuran dan klinis gejala FAM. Diperlukan uji klinis lebih lanjut dengan kelompok kontrol (randomized controlled trial/RCT) untuk memperkecil kemungkinan bias pada penelitian itu.
Lebih lanjut, dr. Zuraida Zulkarnain menyatakan, FAM terkadang menimbulkan gejala klinis berupa nyeri dan gatal. Konsumsi jamu setelah pekan ke-6 menunjukkan 69,23% subjek menyatakan rasa nyeri berkurang dan 30,77% subjek menyatakan rasa gatal berkurang.
“FAM paling banyak menyerang perempuan dewasa muda karena masih terjadi fluktuasi menstruasi dan hormon estrogen. Pada riset ini, sebagian besar subjek sudah menikah, hanya tiga subjek yang belum menikah,” tutur Zuraida.
Hal itu sesuai dengan hasil penelitian Rangaswamy dan Rubby, FAM lebih sering terjadi pada wanita menikah. Kemungkinan karena pernikahan dini dan kehamilan. Selama kehamilan, FAM cenderung berkembang biak karena peningkatan produksi hormon reproduksi wanita.